Artikel

PELAYANAN PASTORALDALAM KEGIATAN PEMBIMBINGAN AKADEMIK MAHASISWA

PENDAHULUAN

Tujuan dari kehadiran orang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat dan telah hidup baru adalah menghasilkan buah.  Menghasilkan buah tentunya melalui tahap penanaman (pembentukan) dan pertumbuhan.  Pertumbuhan rohani merupakan dasar untuk menghasilkan buah-buah roh.  Pertumbuhan rohani akan terwujud jika ada kerinduan untuk mengenal Allah.[1]  Setiap orang perlu bertumbuh dalam kehidupan rohani supaya tidak  mati seperti halnya seorang yang berhenti makan dan minum.[2]

Seperti halnya pertumbuhan jasmani yang mengalami pertumbuhan yang lambat atau tidak sehat karena adanya hambatan seperti penyakit atau faktor lain,  demikian juga rohani juga memiliki banyak batu-batu penghalang yang menyebabkan tidak bertumbuh bahkan mati.  Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat pertumbuhan rohani seseorang diantaranya: 1). Orang Kristen yang hanya mengandalkan kasih karunia, 2). Orang Kristen yang meragukan  perubahan yang akan terjadi dalm hidupnya, 3). Banyak orang Kristen putus asa akan kemajuannya, 4). Orang Kristen yang mengikuti arus dunia, 5). Orang Kristen yang malas. Banyak iman yang tidak bertumbuh dalam perjalanannya karena semata-mata kemalasan.  Oleh karena itu, tugas orang Kristen untuk tumbuh dalam kebiasaan dan anugerah yang sudah diberikan.[3]   Selain itu penghambat pertumbuhan rohani adalah  Pertama, dunia. Alkitab mengatakan bahwa dunia memiliki tiga bentuk unik yang menghambat pertumbuhan rohani, antara lain keinginan mata, keinginan daging, dan keangkuhan hidup (1 Yoh. 2:16).  Ketiga hal ini yang dipakai oleh Iblis untuk mencobai Yesus Kristus. Kedua, Iblis dan setan-setan. Yesus Kristus berkata bahwa Iblis adalah pencuri yang selalu ingin mencuri, membunuh dan membinasakan (Yoh. 10:10). Sesuai dengan arti namanya, yaitu “pendakwa”, Iblis selalu mendakwa kita yaitu dengan mengingatkan kita akan kesalahan kita di masa lalu.  Ketiga, diri sendiri. Kehendak bebas yang dimiliki setiap orang diperhadapkan pada pilihan mau bertumbuh atau tidak mau bertumbuh. Pertumbuhan rohani adalah sesuatu yang diusahakan. Keempat adalah pengajaran sesat.[4]

Dalam pelayanan sebagai seorang dosen di kampus ada beberapa hal yang menjadi penghambat pertumbuhan rohani mahasiswa.  Khususnya yang penulis amati adalah mahasiswa yang merupakan anak wali (Mahasiswa Pembimbingan akademik).  Ada beberapa faktor yang berpotensi dan/atau menjadi penghambat pertumbuhan rohani mereka antara lain: Pertama. Banyak diantara mereka yang berasal dari keluarga yang “tidak takut Tuhan” (meskipun beragama Kristen).  Latar belakang tersebut membentuk mahasiswa tersebut terbiasa melakukan kebiasaan buruk.  Merokok, minum-minuman keras merupakan suatu hal yang biasa bagi mereka.  Hal ini menjadi lebih buruk karena dari pihak keluarga tidak ada inisiatif pencegahan atau pelarangan. Kedua. Kemalasan.  Kemalasan dalam hal ini yaitu dalam persekutuan dan belajar Alkitab.  Sejauh yang saya amati bahwa dalam beberapa kegiatan persekutuan yang kami adakan sebagian besar tidak memberikan waktu untuk kegiatan-kegiatan rohani itu. Ketiga. Adanya pengajaran yang tidak Alkitabiah yang mereka peroleh selama perkuliahan, pengajaran yang mereka dapatkan banyak memengaruhi pola pikir mereka.  Keempat. Keangkuhan dan pencarian jati diri.  Mahasiswa ini terdiri dari anak-anak muda yang sedang mencari jati diri yang menyebabkan munculnya keangkuhan dalam dirinya. Kelima. Pemahaman tentang pentingnya persekutuan dan doa yang sangat kurang.

Dari latar belakang masalah di atas maka dibutuhkan sebuah perubahan dalam banyak aspek untuk mencapai sebuah formasi rohani.  Oleh karena itu penulis dalam mencoba  menguraikan beberapa pelayanan pastoral yang dapat memengaruhi kerohanian mereka.

IMPLEMENTASI PELAYANAN PASTORAL

                Pertumbuhan rohani selain secara pribadi dibutuhkan juga pertumbuhan secara bersama dalam pelayanan baik di gereja, kampus dan tempat-tempat lain dimana Tuhan memakai kita.  Lane dan Tripp mengatakan bahwa setelah menyelidiki pribadi anda maka perlu juga mengevaluasi yang terjadi di dalam pelayanan, mengidentifikasi apa yang menjadi permasalahan di dalam pelayanan yang menghambat perubahan dan setelah itu memikirkan bagaimana anda dapat menjadi agen perubahan di tempat itu.[5]  Kaitan dengan rencana formasi rohani dalam pelayanan maka penulis akan membahas tentang mahasiswa pembimbingan Akademik yang dipercayakan kepada penulis di kampus tempat mengabdi.

            Menurut darmawan pembimbingan atau perwalian kepada  mahasiswa dapat  dilaksanakan  dalam bentuk bimbingan yang bersifat akademik dan juga pembimbingan yang mengarah kepada aspek kerohanian dan juga karakter dari mahasiswa.  Pembimbingan dalam bentuk  bimbingan  akademik yaitu pembimbingan mengenai rencana pendidikan yang dilakukan dua  setiap semester.  Pembimbingan akademik ini bertujuan membantu mahasiswa dalam merancang matakuliah, memilih mata kuliah yang akan di programkan dalam semester  tersebut, dan pemantauan kepada mahasiswa dalam menjalani proses perkuliahannya. Perwalian akademik juga bertujuan untuk memotifasi mahasiswa meningkatkan prestasi akademik mereka.  Selain pembimbingan secara akademik, dosen wali juga bertanggung jawab mengarahkan pada hal-hal yang berkaitan dengan kerohanian dan karakter mahasiswa.  Pembinaan  tersebut dapat dilaksanakan dalam bentuk doa  bersama, konseling pribadi dan juga pendalaman Alkitab.[6]

            Yang diuraikan di atas merupakan hal yang ideal dilakukan dalam sebuah perwalian terhadap mahasiswa.  Namun yang selama ini yang terjadi adalah perwalian hanya fokus kepada hal-hal yang menyangkut akademik seperti penandatanganan kartu rencana studi, penandatangan kartu hasil studi dan beberapa hal lain yang berkaitan dengan adminstrasi.  Hal-hal yang menyangkut pembinaan kerohanian dan karakter masih jarang tersentuh.  Satu-satunya kegiatan yang pernah dilakukan berkaitan denga hal itu adalah beberapa kali konseling.  Oleh karena itu penulis melihat bahwa perlu menekankan pembinaan pada ranah kerohanian kedepan bagi mahasiwa  bimbingan akademik sehingga mereka juga dapat mengalami pertumbuhan rohani.  Penulis melihat beberapa hal yang perlu dan realistis untuk dilaksanakan antara lain ibadah doa bersama, doa dan puasa dan melaksanakan pendalaman alkitab (PA).  Hal-hal tersebut akan penulis uraikan pada bagian-bagian berikut:

Ibadah Bersama

                Penulis pernah melakukan penelitian mengenai pemahaman mahasiswa di STAKN kupang tentang ibadah dan hasilnya bahwa tingkat pemahaman mahasiwa tentang ibadah itu cukup tinggi.[7]  Gambaran ini merupakan peluang sekaligus menjadi tantangan penulis dalam melaksanakan ibadah bersama dalam kelompok mahasiswa bimbingan akademik.  Peluangnya adalah bahwa mereka sudah memiliki pemahaman yang cukup mengenai ibadah sehingga dianggap akan lebih mudah untuk mengarahkan mereka.  Disisi lain menjadi sebuah tantangan untuk menyatukan mereka dalam sebuah ibadah bersama yang notabene mereka berasal dari berbagai denominasi dengan pemahaman dan praktik liturgi yang berbeda-beda.

            Ibadah bersama adalah wadah bagi mahasiswa untuk membangun relasi dengan Tuhan dan membangun hubungan yang baik dengan sesama.  Panuntun dan Nurwindayani  mengatakan mahasiswa membutuhkan persekutuan bersama dengan saudara-saudara seiman.  Salah satu sarana yang dapat digunakan adalah ibadah bersama dalam kelompok-kelompok tertentu.  Melalui ibadah yang dilakukan secara bersama-sama mahasiswa Kristen dapat mempelajari kebenaran Firman Tuhan yang berkuasa untuk memimpin setiap mahasiswa dalam mengambil keputusan-keputusan strategis dalam kehidupannya.[8]

            Bertolak dari uraian-uraian di atas maka rencana formasi rohani yang akan saya lakukan dalam pelayanan bagi mahasiswa bimbingan akademik saya dalam kaitannya dengan ibadah adalah dengan mengadakan ibadah bersama yang dilakukan di kampus IAKN kupang setiap akhir pekan (jumat) sore.  Waktu ini dianggap tepat karena setelah itu mahasiswa akan jedah selama dua hari dari rutinitas perkuliahan mereka.  Setiap mahasiswa akan dijadwalkan untuk mengambil bagian dalam ibadah tersebut, ada mahasiswa yang bertugas untuk memimpin pujian, memimpin doa dan membawakan renungan Firman Tuhan.  Dalam ibadah tersebut akan dilaksanakan juga doa bersama dimana setiap peserta ibadah akan diberi kesempatan untuk menyampaikan kesaksian, menyampaikan pergumulannya yang kan dijadikan bahan doa yang akan di doakan secara bersama-sama.

            Adapun dilaksanakannya ibadah bersama ini dengan tujuan bahwa mahasiswa tetap memelihara relasi mereka satu dengan yang lain dan terlebih menjaga hubungan mereka dengan Allah.

Doa dan Puasa

                Praktik doa dan puasa bagi sebagian orang Kriten adalah hal yang tidak biasa.  Hal ini didasari oleh pemahaman yang kurang terhadap esensi doa dan puasa tersebut.  Pemahaman lain yang muncul bahkan mengatakan doa dan puasa bukan merupakan keharusan dan juga bukan budaya kristiani. Sufriyanti dan Sumule mengatakan berbicara mengenai doa dan  puasa maka  banyak orang yang akan berpikir bahwa itu hanya dilakukan para pendeta adau pemimpin jemaat.  Jemaat pada umumnya memiliki pemahaman bahwa tugas mereka hanya datang di gereja melaksanakan beribadah, memuji Tuhan, dan mendengarkan pemberitaan Firman Tuhan melalui khotbah. Jemaat mengira bahwa doa puasa bukanlah tugas apalagi kewajiban mereka.  Pemahaman ini muncul disebabkan jemaat belum memperoleh pengajaran dan pengertian yang baik tentang doa dan puasa.[9]  Doa dan puasa sering terabaikan karena adanya pemahaman yang kurang baik tentang hal tersebut.

            Puasa bagi orang Kristen tidak dapat dipisahkan dengan  pergumulan dalam doa. Puasa dan doa keduanya harus dijalankan bersama-sama. Orang Kristen ketika berdoa sering disertai dengan berpuasa. Apabila ada orang kristen yang sering berpuasa tetapi tidak pernah berdoaakan menjadidi orang munafik.  Jika ada seorang Kristen yang merasa dituntun oleh Allah memberikan waktunya untuk bersekutu secara intim dengan Tuhan dalam puasa maka ia harus menggunakan waktunya dalam doa yang khusuk dan merenungkan firman Tuhan. Apabila berpuasa dalam waktu yang begitu lama tetapi tidak melakukan aktivitas rohani lainnya seperti berdoa dan membaca alkitab maka tidak akan memiliki nilai kristiani.[10]  Orang Kristen membutuhkan doa puasa sebab perjuangannya bukanlah melawan darah dan daging, tetapi perjuangan melawan pemerintah-pemerintah di udara. Doa puasa dilakukan oleh orang Kristen bukan oleh orang-orang tertentu tetapi merupakan tugas semua orang Kristen.  Dengan doa puasa orang percaya akan memiliki banyak waktu bersama Tuhan. Banyak pengalaman rohani yang akan dialami secara tidak langsung dengan Allah. Doa puasa dapat menahan kita dari segala hawa nafsu dan lewat doa puasa ada pengendalian diri akan terlihat secara langsung.[11]

            Doa dan puasa tidak hanya bisa dilakukan oleh komunitas gereja tetapi sangat perlu juga untuk kalangan kampus.  Mengingat pentingnya doa dan puasa tersebut sebagai sarana mendekatkan diri kepada Tuhan untuk membangun sebuah pertumbuhan rohani maka penulis akan merencanakan program doa dan puasa di kelompok mahasiswa perwalian penulis.  Tentunya kegiatan ini tidak akan di lakukan serutin ibadah bersama tetapi akan dijadwalkan suatu waktu paling tidak dilaksanakan satu kali setiap semester.  Sebelum melaksanakan kegiatan doa dan puasa ini terlebih dahulu penulis sebagai dosen pembimbing akan memberikan pengajaran atau pemahaman yang baik tentang doa dan puasa kepada mahasiswa dan apa manfaat bagi mereka jika melakukannya.

Kelompok Pendalaman Alkitab

            Kelompok pendalaman Alkitab (Kelompok PA) lasim dilakukan dalam kalangan gereja.  Keterlaksanaan kegiatan ini biasanya karena sudah menjadi program rutinitas dari sebuah gereja lokal baik itu di kalangan jemaat secara umum ataupun dalam persekutuan intra gerejawi.  Tujuannya tentu agar pemahaman setiap anggota jemaat tentang Alkitab semakin baik yang muarahnya kepada pengenalan akan Tuhan akan semakin baik pula.  Pengenalan akan Tuhan melalui firman-Nya adalah salah satu bentuk formasi rohani.  Menurut katarina dan Darmawan Alkitab berperan sentral pada pertumbuhan rohani setiap orang Kristen. Tafsiran akan kebenaran Alkitab  dan menjadi sebuah  bangunan teologi akan membentuk pemahaman orang dan mempengaruhi tindakan praktis orang tersebut.[12]

            Di kalangan perguruan tinggi kelompok PA ini masih jarang ditemukan.  Rowa mengatakan Dalam dunia pendidikan masih sangat jarang diadakan Penelaahan Alkitab sebagai seorang pengajar tentunya bisa mengunakan berbagai cara untuk memberikan pengajaran kepada peserta didiknya untuk meningkatkan pengetahuannya tentang firman Tuhan.[13]  Hal ini jugalah yang penulis temukan,, bahwa belum ada yang menggunakan kelompok PA ini sebagai sarana untuk tumbuh bersama dalam Tuhan.

            Melihat kondisi tersebut maka penulis akan merencanakan sebuah cara menuju pertumbuhan rohani mahasiswa bimbingan akademik dengan membentuk kelompok PA bersama dengan mereka.  PA ini idelanya dilakukan setiap minggu pada hari senin pagi sebelum memulai kegiatan sepanjang minggu tersebut.  Kelompok tersebut tentunya akan melibatkan seluruh mahasiswa bimbingan agar pengenalan akan alkitab semakin baik. Teknisnya adalah dosen akan menyiapkan pokok pembahasan dan akan membagikannya di group Whats Apps sehingga mereka dapat membacanya di rumah dan ketika waktu yang ditentukan tiba mahasiswa dan dosen cukup mendalami bagian Alkitab tersebut.  Hal ini berkaitan dengan efisiensi waktu yang tersedia cukup sedikit di hari senin.

KESIMPULAN

                Pelayanan pastoral dengan tujuan formasi rohani bagi setiap orang kristen adalah sebuah keniscayaan.  Kuncinya adalah kemauan untuk bertumbuh semakin serupa dengan Kristus dan selalu memohon bimbingan Roh Kudus supaya terus dimampukan untuk bertumbuh.  Perlu disadari bahwa iblis selalu punya cara untuk menghalangi seseorang bertumbuh dengan menggunakan faktor-faktor penghambat pertumbuhan itu baik dari dalam diri seseorang maupun dari luar.

            Untuk mengalami formasi rohani seseorang dapat mengalaminya secara pribadi dan keluarga tetapi juga ada pertumbuhan rohani yang dibangun secara bersama-sama.  Pertumbuhan secara pribadi dapat ditempuh dengan berbagai cara, contohnya dengan doa pribadi, mendalami alkitab secara pribadi dan ibadah bersama keluarga.  Pertumbuhan secara bersama-sama dapat ditempuh dengan ibadah bersama, doa dan puasa serta mengadakan kelompok PA.  Sarana-sarana tersebut dapat dipakai Tuhan dalam menarik setiap umatnya semakin dekat kepada-Nya dan semakin serupa dengan-Nya.  Tentunya masih banyak cara-cara lain yang bisa dipakai sebagai sarana pertumbuhan atau formasi rohani.

KEPUSTAKAN

B. Ferguson, Sinclair. Bertumbuh Dalam Anugerah. Surabaya: Momentum, 2017.

Brake, Andrew. Hidup Bijak Di Dunia Yang Bodoh (Menggali Sumber Hikmat Sejati Dari Kitab Amsal). Bandung: Kalam Hidup, 2015.

———. Spiritual Formation (Menjadi Serupa Dengan Kristus). Bandung: Kalam Hidup, 2014.

Darmawan, I. Putu Ayub, and Deni Triastanti. “Pola Perwalian Sebagai Pembinaan Akademik, Kerohanian Dan Karakter Mahasiswa.” Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) 2, no. 1 (June 18, 2020): 13–26. Accessed June 19, 2020. https://ojs-jireh.org/index.php/jireh/article/view/32.

Djadi, Jermia. “Spiritual Seorang Pelayan Tuhan.” Jurnal Jaffray 10, no. 1 (April 1, 2012): 110–117. Accessed June 15, 2020. https://www.ojs.sttjaffray.ac.id/JJV71/article/view/66.

Gideons, The. Perjanjian Baru: Mazmur Dan AmsaL. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1992, n.d.

Kapoh, Albertina M. “IBADAH KELUARGA SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN (Penelitian di Jemaat Bukit Saitun Kumelembuai),” 2011. Accessed June 19, 2020. http://localhost:8080/xmlui/handle/123456789/265.

Katarina, Katarina, and I. Putu Ayub Darmawan. “Implikasi Alkitab Dalam Formasi Rohani Pada Era Reformasi Gereja.” EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani 3, no. 2 (December 18, 2019): 81–93. Accessed June 15, 2020. http://stttorsina.ac.id/jurnal/index.php/epigraphe/article/view/85.

Lane, Tim, and Paul Tripp. Bagaimana Orang Berubah? Surabaya: Momentum, 2011.

Packer, J.I. God’s Plans For You (Rencana Allah Bagi Anda). Surabaya: Momentum, 2012.

Panuntun, Daniel Fajar, and Efi Nurwindayani. “Pengaruh Saat Teduh dan Ibadah Terhadap Pengambilan Keputusan Dalam Memilih Pasangan Hidup.” FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika 2, no. 2 (December 10, 2019): 265–285. Accessed June 15, 2020. http://www.stt-tawangmangu.ac.id/e-journal/index.php/fidei/article/view/52.

petrusfs. “HAMBATAN-HAMBATAN PERTUMBUHAN ROHANI.” MORELORD, September 8, 2016. Accessed June 16, 2020. https://petrusfs.com/2016/09/08/hambatan-hambatan-pertumbuhan-rohani/.

Rantesalu, Marsi Bombongan. “ANALISIS TENTANG PEMAHAMAN IBADAH MENURUT MAZMUR 50 PADA MAHASISWA STAKN KUPANG.” VISIO DEI: JURNAL TEOLOGI KRISTEN 1, no. 2 (December 18, 2019): 222–238. Accessed June 19, 2020. http://jurnal.sttstarslub.ac.id/index.php/js/article/view/DOI.

Rowa, Welsi Asna. “Pengaruh Metode Penelaahan Alkitab Induktif terhadap Pembentukan Karakter Anak di Kelas VII SMP Negeri 4 Tobadak Mamuju Tengah.” Thesis:Thesis, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar, 2018. Accessed June 19, 2020. https://repository.sttjaffray.ac.id/publications/268988/pengaruh-metode-penelaahan-alkitab-induktif-terhadap-pembentukan-karakter-anak-d.

Ryle, J.C. Aspek-Aspek Kekudusan. Surabaya: Momentum, 2017.

Sulfriyanti, Alfrilionita Farah, and Leonard Sumule. “Kajian Doa Puasa Bagi Pertumbuhan Spiritual Di Jemaat GKII Tanjung Belimbing Kalimantan Utara.” Repository Skripsi Online 1, no. 2 (February 12, 2019): 68–74. Accessed June 15, 2020. https://skripsi.sttjaffray.ac.id/index.php/skripsi/article/view/26.

Suripatti, Yulia Sartika. “IBADAH KELUARGA SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER KRISTIANI PADA ANAK USIA 3 SAMPAI 6 TAHUN DI JEMAAT GMIM IMANUEL BUNTONG,” 2015. Accessed June 19, 2020. http://localhost:8080/xmlui/handle/123456789/432.

Wiersbe, Warren W. Hidup Bersama Firman: Pasal Demi Pasal Seluruh Alkitab. Jakarta: Yayasan Gloria, 2012.

“5 Penghambat Pertumbuhan Iman.” Accessed June 16, 2020. https://www.jawaban.com/read/article/id/2015/09/18/58/150917172124/5_penghambat_pertumbuhan_iman.

“Disiplin-Rohani-Sebagai-Praktek-Ibadah-Pribadi_Alfius-Areng-Mutak.Pdf,” n.d. Accessed June 15, 2020. http://sttaletheia.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/Disiplin-Rohani-Sebagai-Praktek-Ibadah-Pribadi_Alfius-Areng-Mutak.pdf.


[1] Sinclair B. Ferguson, Bertumbuh Dalam Anugerah (Surabaya: Momentum, 2017), 44.

[2] Andrew Brake, Spiritual Formation (Menjadi Serupa Dengan Kristus) (Bandung: Kalam Hidup, 2014), 7.

[3] “5 Penghambat Pertumbuhan Iman,” accessed June 16, 2020, https://www.jawaban.com/read/article/id/2015/09/18/58/150917172124/5_penghambat_pertumbuhan_iman.

[4] petrusfs, “HAMBATAN-HAMBATAN PERTUMBUHAN ROHANI,” MORELORD, September 8, 2016, accessed June 16, 2020, https://petrusfs.com/2016/09/08/hambatan-hambatan-pertumbuhan-rohani/.

[5] Lane and Tripp, Bagaimana Orang Berubah?, 302.

[6] I. Putu Ayub Darmawan and Deni Triastanti, “Pola Perwalian Sebagai Pembinaan Akademik, Kerohanian Dan Karakter Mahasiswa,” Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) 2, no. 1 (June 18, 2020): 24, accessed June 19, 2020, https://ojs-jireh.org/index.php/jireh/article/view/32.

[7] Marsi Bombongan Rantesalu, “ANALISIS TENTANG PEMAHAMAN IBADAH MENURUT MAZMUR 50 PADA MAHASISWA STAKN KUPANG,” VISIO DEI: JURNAL TEOLOGI KRISTEN 1, no. 2 (December 18, 2019): 236, accessed June 19, 2020, http://jurnal.sttstarslub.ac.id/index.php/js/article/view/DOI.

[8] Daniel Fajar Panuntun and Efi Nurwindayani, “Pengaruh Saat Teduh dan Ibadah Terhadap Pengambilan Keputusan Dalam Memilih Pasangan Hidup,” FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika 2, no. 2 (December 10, 2019): 267, accessed June 15, 2020, http://www.stt-tawangmangu.ac.id/e-journal/index.php/fidei/article/view/52.

[9] Alfrilionita Farah Sulfriyanti and Leonard Sumule, “Kajian Doa Puasa Bagi Pertumbuhan Spiritual Di Jemaat GKII Tanjung Belimbing Kalimantan Utara,” Repository Skripsi Online 1, no. 2 (February 12, 2019): 69, accessed June 15, 2020, https://skripsi.sttjaffray.ac.id/index.php/skripsi/article/view/26.

[10] Djadi, “Spiritual Seorang Pelayan Tuhan,” 113.

[11] Sulfriyanti and Sumule, “Kajian Doa Puasa Bagi Pertumbuhan Spiritual Di Jemaat GKII Tanjung Belimbing Kalimantan Utara,” 69.

[12] Katarina and Darmawan, “Implikasi Alkitab Dalam Formasi Rohani Pada Era Reformasi Gereja,” 85.

[13] Welsi Asna Rowa, “Pengaruh Metode Penelaahan Alkitab Induktif terhadap Pembentukan Karakter Anak di Kelas VII SMP Negeri 4 Tobadak Mamuju Tengah” (Thesis:Thesis, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar, 2018), 270, accessed June 19, 2020, https://repository.sttjaffray.ac.id/publications/268988/pengaruh-metode-penelaahan-alkitab-induktif-terhadap-pembentukan-karakter-anak-d.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *