Renungan

“PAKAILAH SELENGKAP SENJATA ALLAH”

I.                    PENDAHULUAN

–          Kehidupan orang percaya selalu diperhadapkan kepada berbagai tantangan kehidupan silih berganti. Baik tantangan dari keluarga sendiri, maupun dari luar, juga dalam kesatuan anggota jemaat sendiri, maupun Gereja pada umumnya. Keadaan itu merupakan suatu arena peperangan rohani yang harus dihadapi oleh setiap orang percaya dan bagaimana caranya untuk berperang dan bertahan dalam peperangan tersebut.

–          Hal tersebut menyebabkan Rasul Paulus sebagai Hamba Tuhan atau pelayan jemaat, ia mengingatkan jemaat Efesus supaya mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah (Efesus 6:10-13). Rasul Paulus menjelaskan sebagai berikut:

(10) Akhirnya, hendaklah kamu kuat  di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. (11) Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; (12) karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat diudara. (13) Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.

–          Defenisi Senjata Allah :

Yang dimaksud dengan Senjata Allah adalah senjata Ilahi, seperti yang dijelaskan dalam ayat 11, “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis.”

–          Senjata Allah dalam arti senjata Allah yang harus dipakai oleh orang-orang percaya dalam menghadapi peperangan rohani adalah seperti yang dijelaskan dalam bagian kedua berikut ini.

II.                  PAKAILAH SELENGKAP SENJATA ALLAH

Perlengkapan Senjata Allah yang dimaksudkan adalah:

1.      Berikatpinggangkan Kebenaran.

Orang yang sudah berikat pinggang berarti siap untuk bertindak. Sesuai 1 Petrus 1:13 menekankan: Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus. Hal ini berlaku juga pada masa sekarang dan masa yang akan datang, tetapi juga pada masa kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.

Iblis adalah pendusta (Yoh 8:44), tetapi orang Kristen yang kehidupannya dikuasai kebenaran dapat mengalahkan dia. Ikat pinggang mengikat teguh senjata-senjata lain dan kebenaran adalah kekuatan yang mempersatukan dalam kehidupan orang Kristen yang menang. Orang yang jujur, yang mempunyai hati nurani yang benar, dapat menghadapi musuh tanpa rasa takut. Ikat pinggang juga mengikat pedang. Apabila kita tidak mempraktekkan kebenaran, kita tidak dapat menggunakan Firman Allah yang benar itu. Sekali saja dusta masuk ke dalam kehidupan orang Kristen, segala sesuatunya menjadi hancur berantakan.

2.      Berbajuzirahkan Keadilan.

Senjata tersebut ditekankan juga dalam Yesaya 59:17 ialah ia mengenakan keadilan sebagai baju zirah dan ketopong keselamatan ada di kepala-Nya; Ia mengenakan pakaian pembalasan dan menyelubungkan kecemburuan sebagai jubah. Ayat ini, bagi Paulus menunjukkan pada keadilan atau kebenaran dengan mengikuti maksud nabi-nabi, yaitu usaha mempertahankan kebenaran dan tindakan membetulkan hal-hal yang salah.

Selain dari kebenaran (aletheia), Paulus juga menyebut “keadilan” (dikaiosune) sebagai bagian dari perlengkapan senjata Allah. Dan keadilan itu menurut dia harus mereka pakai sebagai baju zirah.

Baju zirah melindungi bagian-bagian tubuh yang mudah diserang dan dilukai. Tanpa baju zirah, tiap-tiap serangan dan luka dapat menyebabkan kematian. Keadilan yang dipakai oleh anggota-anggota jemaat sebagai prajurit untuk melindungi diri (kelemahan) nya ialah karunia Allah : karunia yang sangat ia butuhkan dalam hidup dan perjuangannya. 

Perlengkapan senjata ini dibuat dari pada lempengan atau rantai logam, yang menutupi badan dari leher sampai ke pinggang, di depan maupun di belakang. Baju zirah ini melambangkan keadilan orang yang percaya kepada Kristus (2 Kor 5:21) dan juga kehidupannya yang penuh keadilan di dalam Kristus (Efesus 4:24).

3.      Kakimu Berkasutkan Kerelaan.

Banyak istilah dalam bagian ini diambil dari Perjanjian Lama. Terbukti di dalam Yesaya 59:7 menjelaskan; mereka segera melakukan kejahatan, dan bersegera hendak menumpahkan darah orang yang tidak bersalah; rancangan mereka adalah perbuatan kelaliman, dan yang dikerjakan tangan mereka adalah kekerasan belaka.

Prajurit Romawi memakai sepatu sandal yang berpaku pada solnya agar dapat menahan kaki mereka secara lebih baik pada waktu berperang. Jika kita ingin “berdiri” tetap dan “bertahan”, maka kita memerlukan kasut kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera. Karena kita memiliki perdamaian dengan Allah (Roma 5:1) yang disebabkan oleh Injil, kita tidak perlu taku terhadap serangan Iblis atau manusia.

Tetapi kasut mempunyai arti yang lain. Kita harus bersiap sedia setiap hari untuk memberitakan Injil damai sejahtera kepada dunia yang sesat. Orang Kristen yang paling menang adalah orang Kristen yang bersaksi.

4.      Pergunakanlah Perisai Iman.

Maksudnya, perisai yang terdiri dari iman atau yang adalah iman. Semua panah api dari si jahat. Kata si jahat adalah dalam bentuk tunggal dan tidak diragukan lagi maskulin dan bukan netral. Karena itu si jahat adalah Iblis itu sendiri. Seragam lengkap seorang prajurit Romawi ditunjukkan dalam bagian ini, dan aneka macam bagian itu diterapkan secara rohani.

Perisai itu besar, biasanya kira-kira empat kali dua kaki, terbuat daripada kayu dan dilapisi kulit yang kasar. Pada waktu sang prajurit memegangnya di depannya, perisai itu melindungi dia dari tombak, panah dan “panah api”. Bagian tepi perisai semacam ini dibentuk demikian rupa sehingga seluruh barisan prajurit dapat terlindung dan berbaris menuju musuh seperti suatu tembok yang kukuh. Hal ini mengingatkan kita bahwa orang-orang Kristen tidak berjuang seorang diri.

Iman yang disebutkan disini bukanlah iman yang menyelamatkan, melainkan iman yang hidup, suatu keyakinan akan janji-janji dan kuasa Allah. Iman merupakan senjata pembelaan diri yang melindungi kita dari semua panah api Iblis. Pada zaman Paulus, panah dicelupkan ke dalam zat yang dapat menyala dengan mudah, kemudian dibakar dan ditembakkan kepada musuh. Iblis menembakkan panah-panah api pada hati dan pikiran kita: dusta, pikiran yang mengumbat Tuhan, pikiran yang penuh kebencian akan orang lain, kebimbangan serta keinginan yang menyala-nyala untuk berbuat dosa. Jika kita tidak memadamkan panah api dengan iman, panah api akan menyala di dalam dan kita akan memberontak terhadap Allah.

5.      Terimalah Ketopong Keselamatan.

Kembali, ketopong yang adalah keselamatan. Kalimat ini ditekankan pula di kitab Yesaya 59:17, di mana Yahweh mengenakannya di kepala-Nya ketika Dia keluar untuk mempertahankan umat-Nya yang tertindas.

Tapi para rabi mengenakan ayat itu pada pekerjaan Mesias; dan tafsiran Kristen mengikutinya, seperti kita ketahui begitulah halnya dengan nubuat senada dalam Yesaya 11:1-5. Berdasarkan ini maka mengenakan ketopong berarti menggunakan semua yang diberikan oleh Kristus dalam pekerjaan penyelamatan-Nya.

Iblis ingin menyerang pikiran, yaitu cara ia mengalahkan Hawa (Kej 3; 2 Kor 11:1-3). Ketopong adalah pikiran yang dikuasai oleh Allah. Sungguh sangat disayangkan bahwa banyak orang Kristen mempunyai pendapat bahwa kecerdasan itu tidak penting, padahal sebenarnya hal itu memegang peranan penting dalam petumbuhan, pelayanan serta kemenangan orang Kristen. Apabila Allah menguasai pikiran, Iblis tidak dapat menyesatkan orang Kristen. Orang Kristen yang mempelajari Alkitab dan doktrin-doktrin Alkitab tidak akan dapat dengan mudah disesatkan.

6.      Pedang Roh.

Prajurit Romawi memakai sebilah pedang yang pendek pada ikat pinggangnya yang digunakan untuk perkelahian jarak dekat. Pedang yang disediakan oleh Roh, yaitu firman Allah. Firman Allah merupakan pedang yang bermata dua. Pedang mempunyai daya potong apabila firman Allah diberitakan. Kata Yunani Rhema theou, yang diterjemahkan firman Allah. Surat Ibrani 4;12 menjelaskan, “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.”

Gambaran yang tepat mengenai ayat tersebut terlihat dalam pencobaan Yesus yang, ‘penuh dengan Roh Kudus’, menangkis serangan Iblis dengan beberapa bagian Kitab Suci yang bagi-Nya adalah pedang Roh (Lukas 4:1-13). Pedang Roh merupakan satu-satunnya senjata yang dapat dipakai untuk menyerang maupun untuk bertahan. 

Saudara dan saya “terharu” atau “tertusuk” (Kis 2:37; 5:33) pada waktu firman Allah menunjukkan dosa-dosa kita kepada kita. Pedang biasa menembus tubuh, tetapi Firman Allah menembus hati. Makin sering anda menggunakan sebuah pedang biasa, makin tumpul pedang itu jadinya, tetapi makin sering anda menggunakan Firman Allah, makin tajamlah Firman Allah itu dalam kehidupan kita. Pedang biasa memerlukan tangan seorang prajurit, tetapi pedang Roh itu “hidup dan kuat”.

Dari semua ke enam perlengkapan senjata Allah tersebut diatas adalah selalu dikaitkan dengan Doa. Lihat ayat 18, ditekankan; dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus.

      Doa adalah energi yang memungkinkan prajurit Kristen memakai perlengkapan senjatanya dan menggunakan pedangnya. Kita tidak dapat berjuang dengan kekuatan kita sendiri, betapapun kuatnya atau pandainya kita menurut pikiran kita. Doa adalah kekuatan untuk memperoleh kemenangan, tetapi bukan asal berdoa saja. Bagaimana caranya berdoa jika kita ingin mengalahkan Iblis?

      Berdoalah setiap waktu. Ini tentu saja tidak berarti “sering mengucapkan doa”. Doa kita didengar oleh Allah bukan karena “bertele-tele” (mat 6:7). “Tetaplah berdoa” (1 Tes 5:17) berarti “tetaplah bersekutu dengan Tuhan”.

III.                KEMENANGAN ORANG PERCAYA YANG MEMAKAI SELENGKAP SENJATA ALLAH

Berdasarkan penjelasan diatas, tentu yang diharapkan adalah orang percaya harus mengalami kemenangan dalam peperangan rohani yang dihadapinya. Kemenangan tersebut melalui :

1.      Berdoa menyerahkan masalah yang dihadapi sebagai peperangan rohani kepada Allah. Filipi 4:6-7; dari ayat ini kita lihat beberapa hal, jangan kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu  kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur, damai sejahtera Allah melampaui segala akal akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.  Petrus 5:7; serahkanlah segala kekuatiranmu kepada Allah, sebab Ia yang memelihara kamu. 

2.      Pencobaan yang dihadapi oleh orang percaya adalah pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan orang percaya. Allah akan memberikan jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya (1 Kor 10:13).

3.      Orang percaya yang memakai seluruh perlengkapan senjata Allah lebih dari pada pemenang (Roma 8:37-38). Dari ayat ini kita lihat beberapa hal yaitu; orang percaya lebih dari pemenang, tidak ada satu kuasapun yang memisahkan orang percaya dari kasih Allah.

IV.               KESIMPULAN

1.      Kehidupan orang percaya dalam menghadapi semua tantangan hidup ini adalah merupakan peperangan rohani yang harus dihadapi dan bertahan untuk mencapai kemenangan.

2.      Setiap orang percaya yang menang dalam peperang rohani tersebut harus mengenakan perlengkapan senjata Allah yaitu; berikatpinggangkan kebenaran, berbajuzirahkan keadilan, berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil keselamatan, menggunakan perisai iman, menerima ketopong keselamatan dan pedang Roh atau Firman Allah.

3.      Perlengkapan Senjata Allah yang dijelaskan diatas adalah senjata Ilahi yang ampuh dan canggih bagi orang percaya untuk menghadapi peperangan rohani dalam hidupnya. Dan pasti menang dan lebih dari pada pemenang. 

TUHAN YESUS 

MEMBERKATI ANDA

SELAMAT BERPRAKTEK DAN PASTI MENANG

V.                 DAFTAR KEPUSTAKAAN

1.      Alkitab Bahasa Indonesia, Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), Jakarta, 2005.

2.      Tafsiran Alkitab Masa Kini Jilid 3, Matius – Wahyu, BPK. Gunung Mulia, Jakarta, 1983.

3.      Abineno J.L, C.H., Tafsiran Alkitab Surat Efesus, BPK. Gunung Mulia, Jakarta, 1982.

4.      Warren W. Wiersbe, Kaya di Dalam Kristus Tafsiran Surat Efesus, Yayasan kalam Hidup, Bandung, 1996.

5.      Pfeiffer F. Charles & Harrison F. Everett, The WYCLIFFE Bible Commentary, Gandum Mas, Jakarta, 2008.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *