Studi Kasus Pastoral

Laporan Bacaan

LAPORAN BACAAN

(Total bacaan 2.000 Halaman)

Buku 1: Gembala Sebagai Pemimpin Rohani

Buku 2: Tongkat Gembala

Buku 3: Jawaban atas Masalah Penggembalaan

Buku 4: Gembala Sidang yang Berhasil

Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Mata Kuliah: Teologi Pastoral

Dosen: Dr. Yunus Laukapitang

Mahasiswa: Aya Susanti

PROGRAM STUDI DOKTORAL

SEKOLAH TINGGI FILSAFAT JAFFRAY

MAKASSAR

2022

Buku 1

Judul Buku : Gembala sebagai Pemimpin Rohani

Penulis : Daniel Ronda

Penerbit : Bandung, Kalam Hidup, 2020

Halaman : 200

Isi Buku

I. Panggilan Menjadi Gembala

II. Dasar Teologis dan Biblika tentang Panggilan Seorang Gembala

III. Gembala sebagai Pemimpin

IV. Tugas Gembala Jemaat

V. Memulai Penggembalaan

VI.Mengapa Pelayanan Tidak Berkembang?

VII. Strategi Pelayanan Gereja Kota

VIII. Penggembalaan pada Era Digital

IX. Penggembalaan Berbasis Misi

X. Penggembalaan yang Holistik

XI. Keuangan Gembala

XII. Spiritualitas Gembala

XIII. Ketika Jemaat atau Gembala Terluka

XIV. Keahlian Menulis bagi Pemimpin

XV. Gembala dan Khotbahnya

XVI. Keluarga Gembala

XVII. Masa Depan Gembala

XVIII. Gembala yang Peduli pada Pelayanan Anak

Hal Baru yang Diperoleh:

Pentingnya menulis bagi pemimpin. Inti dari keberhasilan komunikasi seorang pemimpin adalah menulis, selain bentuk komunikasi yang lain. Di era digital, kemampuan menulis menjadi suatu keniscayaan bagi pemimpin. Media untuk mengekspresikan tulisan itu sudah banyak seperti media sosial dan blog baik yang berbayar maupun gratis.

Tragisnya, banyak pemimpin yang takut menulis karena merasa tidak mampu untuk menuangkan kata-kata yang indah dan terstruktur baik, atau takut diejek tulisannya tidak berkualitas. Padahal jika ingin menjadi pemimpin yang efektif, ketakutan seperti itu harus dihilangkan karena tulisan yang dibuat tidak perlu yang hebat dan bagus. Tulisan yang sederhana pun dapat menyampaikan gagasan sehingga direspons dan berdampak. Ada beberapa alasan mengapa menulis itu penting bagi seorang pemimpin:

Pertama, kepemimpinan dapat dipertahankan dengan menulis. Bahkan dengan menulis, pengaruh seorang pemimpin akan semakin besar. Jika sebelumnya pemimpin hanya bisa berpidato atau berkhotbah dengan pendengar yang terbatas, maka dengan menulis, ide dan pengaruhnya itu bisa semakin luas. Sudah banyak pembicara yang diundang karena reputasinya dalam menulis, baik melalui buku, koran, majalah maupun blog yang dibuatnya.

Kedua, menulis adalah berbagi pengetahuan. Apalagi, zaman ini adalah eranya berbagi. Di samping buku, kebanyakan pemimpin masa kini mendapatkan pengetahuan dari media sosial dan tulisan di internet sehingga dunia digital telah memberi banyak informasi kepada pemimpin. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya pemimpin juga berkontribusi dengan menuliskan pikirannya di dunia digital, sambil berharap kelak tulisannya itu menjadi buku. Hal itu tentu sangat berkontribusi bagi bidang ilmu yang ditekuninya. Jadi, seorang pemimpin itu jangan pelit berbagi ide dan tulisan. Dengan berbagi, berarti dia telah menjadi bagian dalam komunitas dunia digital tanpa batas dan pada saat yang sama, memberikan banyak pengaruh kepada orang di sekitarnya.

Ketiga, menulis itu dapat memberikan motivasi kepada orang lain. Tulisan itu tidak hanya berguna untuk berbagi pengetahuan, tetapi, pada saat yang sama, dapat juga memberikan inspirasi dan motivasi bagi orang lain. Apalagi, ada respons dari pembaca bahwa mereka diberkati dengan tulisan itu. Bahkan, melalui tulisan, harapan seseorang bisa hidup kembali dan menjadi bersemangat. Jadi, betapa hebatnya tulisan itu karena dapat menggerakkan seseorang. Oleh sebab itu, jangan anggap remeh sebuah tulisan yang dituangkan dalam rangkaian kalimat. Tulisan itu bukanlah kata-kata mati, melainkan rangkaian kata yang hidup sehingga dapat memotivasi orang lain.

Keempat, menulis membuat pemimpin dapat dimengerti apa maksud dan arah kepemimpinannya. Bahkan, dengan menulis, kesalahpahaman atas makna dan tujuan dalam kepemimpinannya itu bisa dikurangi, bahkan dihilangkan. Lebih daripada itu, peminpin yang suka menulis akan lebih terstruktur ketika berkomunikasi secara oral atau berbicara di depan umum. Selain itu bahasanya juga akan kosakata, bervariasi, dan ada kebaruan dalam menyampaikan ide. Hal itu tentu membuat pemimpin semakin menunjukkan pengaruhnya.

Tanggapan Isi Buku:

Menjadi gembala adalah panggilan Tuhan dan bukan sebuah pekerjaan biasa yang sama dengan profesi lainnya. Tuhanlah yang harus memanggilnya karena, jika panggilan itu berasal dari Tuhan, dia akan siap menerima segala derita serta risiko yang dihadapi dalam pelayanannya dan akan mampu berdiri teguh dalam integritas di tengah berkat yang diterimanya. Panggilan Tuhan itu akan menghasilkan kinerja yang jauh di atas kinerja kaum profesional lainnya karena tugasnya tidak mengenal waktu dan hatinya diabdikan sepenuhnya untuk Tuhan. Gembala yang hanya berpikir bahwa profesi itu enak, hanya berbicara pada hari Minggu dan mendapatkan fasilitas, sebaiknya berpikir dua kali untuk meneruskannya. Pasti gembala itu akan menderita dalam pelayanan, dalam arti dia tidak akan bahagia, menyalahkan organisasi yang menempatkannya, mengalami kepahitan, dan merasa terjebak dalam posisinya: maju terus tidak nyaman, mundur pun dianggap melarikan diri dari pelayanan. Saran terbaik adalah berhenti sebelum tahu bahwa Tuhan memanggilnya dalam pelayanan penggembalaan. Bisa jadi, Tuhan justru menyuruhnya untuk menjadi guru, pekerja di pelayanan sosial atau LSM, atau pelayanan lainnya.

Tugas penggembalaan itu sangat penting karena harus menuntun jemaat agar tahu bagaimana mempraktikkan kebenaran firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, tugas gembala adalah memastikan bahwa apa yang disampaikan setiap Minggu melalui firman Tuhan dan keyakinan teologinya itu dapat dipercayai, dipraktikkan, dan dihidupi dalam kehidupan sehari-hari jemaat.

Pemimpin rohani yang sejati adalah mereka yang memimpin orang lain dengan satu filosofi dasar ini dalam kepemimpinannya: “Bukan kepada kami, ya TUHAN, bukan kepada kami, tetapi kepada nama-Mulah beri kemuliaan, oleh karena kasih-Mu, oleh karena setia-Mu!” (Mazmur 115:1). Melalui kelima prinsip itu akan lahir pemimpin rohani sejati yang sangat dirindukan gereja pada masa kini.

Penempatan gembala dalam gereja adalah siklus yang terjadi dalam kehidupan gereja. Dalam prinsip penetapan gembala di pemerintahan presbiterial-sinodal, ada yang mengambil konsep bahwa pengurus klasis/daerahlah yang memilih dan menetapkan gembala. Ada juga pengurus daerah/klasis yang mengajak pengurus jemaat dalam penempatan gembala, yaitu ada unsur undangan/pemanggilan dari jemaat lokal. Namun apa pun bentuknya, yang paling menentukan keberhasilan dalam tugas baru itu adalah si gembala itu sendiri, yaitu bagaimana dia mampu memimpin jemaat yang baru ditempatinya.

Mencari gembala itu tidak mudah karena harus melalui pembentukan bertahun-tahun setelah selesai sekolah teologi. Jadi, tugas gereja adalah juga untuk ikut berpartisipasi dalam mendewasakan gembala dan membantu mengembangkan kinerjanya. Doakan dan dukung gembala dengan kesejahteraan yang baik. Puji gembala jika dia berbuat baik dan nasihatilah dalam kasih jika ada kekurangan. Jabatan gembala sebagai wakil Tuhan itu hendaklah tidak menjadikannya besar kepala dan bertindak sewenang-wenang. Justru, menjadi wakil Tuhan itu akan menghadirkan sikap melayani dan memberi yang terbaik dengan bekerja keras bagi pelayanan.

Untuk gembala yang melayani perkotaan perlu komitmen untuk melibatkan anak muda di dalam melayani dan memimpin. Namun harus disadari juga bahwa pelibatan anak muda itu harus melewati proses atau bukan sekadar menyerahkan tugas kepemimpinan dan pelayanan kepada anak muda. Dalam hal itu, gembala harus melakukan pemberdayaan dengan cara yang aktif melalui kolaborasi dan relasi sebelum mereka dilibatkan. Artinya, harus dilakukan pelatihan, mentoring, dan kerja keras melewati waktu serta adanya unsur kesabaran sehingga dapat menjadikan anak muda yang semula hanya berpartisipasi dalam pelayanan menjadi anak muda yang militan dalam pelayanan dan kepemimpinan.

Salah satu pilar kepemimpinan Kristen yang efektif adalah menjadi pemimpin yang transformatif, yaitu menjadi agen perubahan. Transformasi artinya siap membawa perubahan bagi organisasi yang dipimpinnya jika ingin organisasi itu relevan dengan zamannya. Di samping itu, fungsi kepemimpinan yang efektif adalah proaktif yaitu melalui visi dan misinya, dia memikul tanggung jawab dan mengambil inisiatif untuk kemajuan organisasinya. Dalam hal itu, pemimpin tidak menunggu dan menonton perubahan yang terjadi, tetapi secara aktif mengamati perubahan dan mencoba terobosan baru dalam pelayanan.

Misi pada seorang gembala lahir dari Sang Gembala Agung yaitu Yesus Kristus. Namun, pelaksanaan misi itu haruslah dinamis daan kreatif sejalan dengan perkembangan zaman. Apalagi pola pendekatan misi pada masa lalu sudah tidak relevan lagi dan perlu mengalami pembaruan. Oleh sebab itu, gembala ditantang bukan hanya untuk memiliki panggilan misi, melainkan juga kompetensi, yang pada akhirnya membawa pada efektifitas penggenapan Amanat Agung Yesus Kristus. Prinsip pengutusan misi itu juga harus dibarengi dengan penguatan seluruh aspek dalam gereja lokal karena hanya gereja lokal yang kuatlah yang dapat menunjang pelaksanaan tugas misi.

Pekerjaan besar bagi para pemimpin rohani adalah tidak hanya berpikir tentang kesejahteraan dalam arti rohani, tetapi juga yang bersifat keseluruhan (jasmani, sosial dan rohani) atau holistik. Syukur bahwa kesadaran itu tidak hanya berkembang di kalangan gereja mainline, tetapi juga sudah berkembang begitu luas dalam kelompok evangelikal dan pentakostal/karismatik. Namun, ada beberapa fakta dalam masyarakat pada saat ini yang perlu diketahui oleh pemimpin agar dapat berefleksi di dalamnya serta mengantisipasinya, apalagi krisis-krisis belum akan berakhir juga, bahkan mungkin akan datang kembali. Khususnya untuk Indonesia Timur yang masih kalah dalam hal pembangunan dibandingkan Indonesia Barat, gereja perlu lebih serius memerhatikan hal itu.

Merujuk pada Maleakhi 3:10 persembahan perpuluhan itu harus diserahkan ke rumah Tuhan (rumah perbendaharaa, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku). Jadi, persembahan itu tidak ditujukan kepada pribadi pemimpin, tetapi ke rumah Tuhan, yang dikelola dalam konteks perbendaharaan di rumah Tuhan. Persepuluhan itu tidak pernah dimaksudkan untuk disetor kepada pribadi hamba Tuhan, tetapi ke gereja (rumah Tuhan). Namun, setelah dipersembahkan ke rumah Tuhan dan dikelola oleh perbendaharaan rumah Tuhan, persembahan itu diperuntukkan bagi (1) kesejahteraan hamba Tuhan dan (2) pelayanan pekerjaan Tuhan, termasuk pelayanan misi. Jadi, sekalipun persepuluhan itu dikelola oleh majelis atau majelis sebagai representasi pengelola rumah Tuhan, prinsip yang utama tetap berlaku, yaitu kesejahteraan hamba Tuhan menjadi yang utama.

Bagi gembala yang sudah menjadikan penyelidikan Alkitab sebagai gaya hidupnya, apakah hal itu sudah bermanfaat bagi komunitas di sekitar pelayanan mereka? Banyak pengajaran Alkitab di mimbar yang penuh dengan eksegesis dan kajian mendalam sehingga menjadikan jemaat kecanduan dengan “intellectual entertainment”. Gereja seperti itu selalu mengagungkan pengajaran Alkitab mereka yang dalam, tetapi dampak bagi jemaat dan komunitas di sekitarnya sangat minim. Padahal, kecintaan pada Alkitab itu harus berdampak bagi kemanusiaan, yaitu soal misi sedunia, keadilan, pengentasan kemiskinan dan penderitaan, serta kewaspadaan atas kehancuran pribadi dan keluarga.

Menjadi gembala jemaat itu tidak mudah karena berhadapan dengan relasi antar manusia. Jika relasi itu tidak terjalin dengan baik, yang akan terjadi adalah salah pengertian dan tidak sedikit yang berakhir dengan konflik. Namun, entah mengapa, ada gembala yang senang dan terus memelihara konflik dalam pelayanannya sehingga jemaat menjadi terluka atau ada saja gembala yang selalu membuat masalah. Misalnya, gembala melontarkan kemarahannya melalui mimbar, adanya berbagai penyalagunaan kekuasaan, menjadi otoriter, kinerjanya yang sangat minim alias malas, atau melakukan pelayanan di luar jemaatnya lebih banyak daripada di jemaatnya sendiri. Bahkan, ada yang melakukan berbagai skandal, baik keuangan maupun seksual, yang menyebabkan jemaat tidak percaya lagi dengan gembalanya. Akhirnya, jemaat kehilangan kepercayaan kepada gembala karena tidak lagi dapat dijadikan model yang baik sebagai gembala.

Salah satu tugas yang sangat berat bagi gembala adalah menyiapkan khotbah. Gembala tidak hanya harus menyiapkan khotbah untuk hari Minggu, melainkan juga untuk hari lainnya, seperti untuk ibadah doa, ibadah keluarga, ibadah kategorial, ibadah syukur, atau acara istimewa lainnya. Oleh sebab itu, apresiasi dan simpati harus diberikan kepada gembala karena tugasnya sangat berat. Apalagi khotbahnya itu selalu diumpamakan sebagai makanan rohani. Itu berarti bahwa gembala wajib menyiapkan makanan yang sehat dan bergizi sehingga dapat menumbuhkan kerohanian, bukan makanan yang dimasak berulang-ulang atau dipanaskan terus-menerus.

Ibadah keluarga atau sering disebut sebagai family altar artinya sederhana, yaitu menyiapkan waktu untuk menyembah dan membaca firman Tuhan bersama dengan keluarga. Di sana ada unsur kebersamaan dalam penyembahan kepada Tuhan. Namun ironisnya, banyak pemimpin rohani yang kurang melakukan itu karena faktor kesibukan dan dianggap kurang penting. Padahal, selain untuk menyembah Allah, tujuan ibadah keluarga adalah untuk memelihara iman dan menjaga standar moral keluarga sehingga tetap ada dalam anugerah Tuhan. Lebih jauh, janji berkat dan kuasa Tuhan pun akan selalu bersama dengan para pemimpin.

Prinsip klasik dari buku Kepemimpinan Rohani karangan Oswald Sanders mengisyaratkan bahwa pemimpin yang baik dan berhasil adalah pemimpin yang terus menerus belajar. Ada waktu khusus baginya untuk membaca buku-buku yang baru. Apalagi, dengan munculnya dunia digital, bahan-bahan gratis semakin mudah didapatkan secara daring. Itulah yang harus dimanfaatkan. Bahkan, setidaknya para pemimpin belajar melakukan “googling” yang baik untuk mendapatkan bahan-bahan bermutu dari internet.

Menjadi gembala adalah panggilan yang mulia, sekaligus tidak ringan. Perannya bukan sebagai pelengkap dalam gereja, melainkan sebagai pemimpin yang dapat membawa umat pada agenda Tuhan. Artinya, gembala itu berperan untuk memberdayakan jemaat dalam pelayanan (empower), melengkapi dan melatih jemaat (equip), serta menjadi pendorong dan pemberi semangat jemaat dalam melayani (encourage).

Gembala juga berbicara tentang tugas secara umum dan luas. Namun, pada saat yang sama, gembala juga memerhatikan detail dalam pelayanan misalnya strategi pelayanan itu penting, tetapi juga kebersihan gereja juga harus mendapatkan perhatian yang serius. Ini sepertinya terlihat kecil, tetapi dapat memengaruhi citra pelayanan gereja.

Rekomendasi:

Buku ini bisa dibaca oleh jemaat maupun majelis agar ketika menatalayani gereja dapat memiliki pemahaman yang sama dengan gembala dan rekan-rekan jemaatnya. Selain itu para anggora jemaat dapat belajar mengasihi gembala dan keluarganya. Demikian juga majelis dapat mengusahakan dan memperjuangkan kesejahteraan kehidupan gembalanya.

Mahasiswa teologi juga perlu membaca buku agar sebagai bekal dan persiapan mental rohani untuk memasuki kiprah pelayanan kelak baik di daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan sesuai dengan panggilan Tuhan atas dirinya secara spesifik.

Gembala yang baru juga perlu memiliki pengajaran dan informasi wawasan seputar dunia penggembalaan yang dijelaskan di dalam buku ini. Seorang gembala baru perlu banyak belajar dari para gembala senior yang telah memiliki banyak pengalaman berjalan bersama Tuhan.

Gembala senior yang sudah lama melayani juga perlu disegarkan kembali oleh buku untuk menambah khasanah kekayaan gagasan dan informasi untuk melayani dengan lebih relevan di abad milineal ini.

Dosen yang mengajar mata kuliah teologi pastoral juga perlu memasukkan dan membaca buku ini sebagai daftar kepustakaan yang dapat dijadikan materi pengajaran dan bahan diskusi bersama para mahasiswanya.

Buku 2

Judul Buku : Tongkat Gembala

Penulis : Ralph Mahoney

Penerbit : Solo, Lembaga Pusat Hidup Baru, 2009

Halaman : 1.500

Isi Buku:

I. Buku Pegangan Jiwa Baru

Pendahuluan/Isi Alkitab.

II. Konkordansi Topik

A. Alkitab – Tidak Mungkin Salah, Tidak Mungkin Keliru dan Firman yang Diwahyukan Allah

B. Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus

C. Makhluk-Makhluk Roh

D. Dosa/Manusia

E. Keselamatan/Penebusan

F. Gereja

G. Bertumbuh dalam Kristus

H. Kematian dan Akhir Zaman

I. Topik-topik Penting Lainnya

III. Petunjuk Latin Para Pemimpin

A. Latihan Dasar Para Pemimpin

1. Bagaimana Melatih Pemimpin Gereja

2. Melatih Para Pemimpin untuk Melakukan Sembilan Hal

3. Menggunakan dan Menyalahgunakan Otoritas

4. Membangun Kebiasaan Menyembah

5. Bagaimana Menjadi Seorang Prajurit Doa

B. Kepemimpinan Kristen yang Berkemenangan

1. Kehidupan Kristen yang Berkemenangan

2. Kunci-Kunci dalam Otoritas Rohani

C. Apa yang Perlu Diketahui Oleh Para Pemimpin

1. Kanonisasi Alkitab

2. Gereja di Seluruh Dunia

3. Mengapa Allah Menciptakan Manusia

4. Tanda-Tanda dan Keajaiban-Keajaiban Hari-Hari Ini

5. Lima Karunia Kepemimpinan

6. Pemulihan Gereja

7. Doktrin tentang Keselamatan Kekal

8. Persepuluhan dan Pemberian

9. Wanita-wanita dalam Pelayanan

10. Tujuh Hari Raya Tuhan

11. Masa 500 Tahun antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

D. Bagaimana Para Pemimpin Dapat

1. Menerima Baptisan dan Karunia Roh Kudus

2. Belajar Menguji Nubuatan

3. Membuat Iman Mereka Bertumbuh

4. Menggunakan Kuasa Pernyataan Iman

5. Menyembuhkan Orang-Orang Sakit

6. Menyembuhkan Jiwa yang Terluka

7. Menghindari Kenekatan dalam Kesembuhan

8. Menghindari Hal-Hal yang Ekstrim dalam Kesembuhan

9. Mengusir Roh-Roh Jahat

10. Menggunakan Senjata-Senjata Rohani

11. Mempercayai Allah dalam Hal Keuangan

12.Memperoleh Bimbingan Allah

13. Mempersiapkan Sebuah Khotbah

E. Bagaimana Yesus Membangun Gerejanya Lewat

1. Tiga Bagian dari Gereja:

Bagian I: Fondasi Gereja

Bagian II: Pemimpin-peminpin Gereja

Bagian III: Pelayanan Anggota-Anggota Jemaat

2. Pujian dan Penyembahan

3. Meruntuhkan Tembok-Tembok Babel

4. Bagaimana Memenangkan Jiwa

5. Petunjuk-Petunjuk bagi Jiwa Baru

6. Perencanaan Pertumbuhan Gereja

7. Menyimpan Hasil Tuaian

F. Penghakiman

1. Sertifikat Kelayakan dari Allah

2. Mahkota-Mahkota/Upah-Upah

3. Penghakiman bagi Pekerja-Pekerja yang Tidak Taat pada Hukum

G. Eskatologi

1. Kejadian-Kejadian Akhir Zaman

2. Adopsi

Hal Baru yang Diperoleh:

Elia sebagai seorang manusia teladan dari Allah untuk bernubuat dan berdoa. Ada banyak yang kita dapat pelajari dari seorang yang mempunyai nafsu dan emosi sama seperti kita, tapi yang setidaknya dengan sungguh-sungguh berdoa, doa yang sangat efektif (Yakobus 5:16-18).

a. Doa-doa yang berkuasa.

Dia memiliki problema-problema dan kelemahan-kelemahan manusia yang sama seperti yang kita gumuli, tapi doa-doa nubuatnya masih menghasilkan hasil yang berkuasa.

Yakobus menggambarkan kehidupan doanya: “Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa supaya jangan turun hujan, dan hujan pun tidak turun di bumi selama tiga setengah tahun. Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumi pun mengeluarkan buahnya” (Yakobus 5:17,18).

Kedua doa ini adalah doa yang berkuasa. Marilah kita mempelajari cerita dalam Perjanjian Lama. Doa yang berkuasa harus menghasilkan perkataan dan perbuatan yang berkuasa! Cerita ini adalah sebuah cerita yang dramatis. Elia mengumumkan Firman Allah pada Ahab, raja Israel yang paling kejam yang pernah ada. Dengarkan kata-katanya: “Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel yang kulayani, sesungguhnya tidak ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan” (I Raja-Raja 17:1).

b. Nubuat yang berkuasa

Ini adalah kata-kata penghukuman yang sangat keras kepada raja yang sangat kejam. Tapi kata-kata itu perkataan nubuat dari Allah yang diucapkan oleh seorang pendoa yang benar. Itulah sebabnya mengapa Yakobus dapat menuliskan kemudian, “Elia telah sungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujan pun tidak turun”. Doa Elialah yang melahirkan nubuat yang berkuasa ini!

c. Waktu yang tepat untuk berbicara.

Ada waktu untuk diam dan ada waktu untuk berbicara. Penulis pengkhotbah mengatakan kepada kita: “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya…ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara” (Pengkhorbah 3:1,7).

Kini ada giliran cerita tentang Elia menjadi cerita yang menarik, setelah dengan setianya dia menyatakan Firman Tuhan kepada Raja Ahab, tanah Israel menjadi sangat kering beberapa tahun berlalu tanpa hujan.

Untuk sementara waktu semuanya berjalan baik bagi Elia. Allah memimpin dia ke sebuah sungai di mana dia dapat minum. Allah juga mengirimkan burung gagak untuk membawa makanan pada Elia setiap pagi dan petang. Suatu gambaran penuh damai dan ketenangan, Elia makan pada saat orang lain kelaparan selama masa kekeringan dan kelaparan itu. Namun, pada saat sungai itu akhirnya kering, Elia menjadi korban dari nubuatnya sendiri! Roti kering tanpa air bukanlah piknik yang menyenangkan, dan dia dapat juga tergoda untuk membuka kembali langit. Jika ia berbuat sesuatu terhadap keinginan itu, ia jelas dapat berada di luar kehendak Allah. Firman Allah untuk hujan belum diberikan.

Tanggapan Isi Buku:

Jika Elia telah berkata-kata pada waktu ia seharusnya diam, satu dari dua hal ini dapat terjadi:

1. Minta sesuatu yang salah.

Allah tidak akan menghargai perkataan itu karena ia telah “meminta sesuatu yang salah” dan itu berarti terpisah dari kehendak Ilahi (Yakobus 4:3). Elia dapat saja menjadi nabi yang tanpa Firman dan tanpa kuasa.

2. Meminta Terlalu Dini.

Allah mungkin menghargai perkataannya, tapi itu akan mengakhiri seluruh cerita. Elia akan kehilangan “mujizat api dari sorga” dan “merana dalam jiwanya” (I Raja-Raja 18:30-39; Mazmur 106:13-15).

Iblis mencobai Yesus untuk mengubah batu menjadi roti ketika Ia sedang berpuasa (Matius 4:3). Seperti Tuhan Yesus pada saat Ia dicobai di padang belantara (Matius 4:1-4), Elia menunggu datangnya Firman Allah. Allah itu setia. Tulisan ini tertera dengan sederhananya: “Maka datanglah Firman Allah kepada Elia: “Bersiaplah pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan” (I Raja-Raja 17:8,9). Karena baik Elia dan janda itu mentaati Firman Allah, kedua-duanya mendapatkan upah berkat dan jaminan dari Allah yang penuh hikmat dan kasih.

Kebutuhan mereka merupakan kesempatan bagi Allah untuk menunjukkan mukjizat minyak dan makanan yang menyelamatkan hidup mereka. Elia bisa saja tidak mendapatkan berkat itu jika dia berbicara pada saat ia seharusnya diam, atau diam pada saat ia seharusnya berbicara. Untuk mengetahuinya sungguh-sungguh memerlukan penantian dengan penuh doa untuk kemudian mengucapkan Firman Allah.

Rekomendasi:

Buku ini bisa dibaca oleh mahasiswa teologi juga perlu membaca buku agar sebagai bekal dan persiapan mental rohani untuk memasuki kiprah pelayanan kelak baik di daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan sesuai dengan panggilan Tuhan atas dirinya secara spesifik.

Gembala yang yunior maupun senior juga perlu memiliki bahan pengajaran dan informasi wawasan seputar dunia penggembalaan yang dijelaskan di dalam buku ini. Seorang gembala baru perlu banyak belajar dari para gembala senior yang telah memiliki banyak pengalaman berjalan bersama Tuhan.

Gembala emiritus yang sudah lama melayani juga perlu disegarkan kembali oleh buku pegangan gembala untuk menambah bianglala gagasan dan informasi untuk melayani dengan lebih relevan di abad milineal ini.

Dosen yang mengajar mata kuliah teologi pastoral juga perlu memasukkan dan membaca buku ini sebagai daftar kepustakaan yang dapat dijadikan materi pengajaran dan bahan diskusi bersama para mahasiswanya.

Buku 3

Judul Buku : Jawaban atas Masalah Penggembalaan

Oleh : Warren W. Wiersbe & Howard F. Sugden

Penertbit : Malang, Gandum Mas, 2009

Halaman : 231

Isi Buku:

Panggilan untuk menjadi seorang pemimpin gereja merupakan hal yang istimewa bagi setiap orang Kristen. Walaupun tugas tersebut tidak mudah, namun itu berarti setiap orang yang mendapatkan panggilan ini mendapatkan hak istimewa untuk mengabarkan kebenaran Kristus. Menjadi seorang gembala di gereja berarti juga menjadi pemimpin dari seluruh anggota gereja, yang terdiri dari berbagai karakter dan latar belakang. Oleh sebab itulah, tak jarang seorang gembala gereja harus menghadapi berbagai pertanyaan yang sering muncul dalam kehidupan jemaatnya atau pun dalam gerejanya.

Warren W. Wiersbe dan Howard F. Sugden sengaja mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan tersebut beserta jawaban yang diuraikan dengan jelas dalam buku yang berjudul asli “Cofident Pastoral Leadership: Practical Solutions to Perplexing Problems” ini. Diharapkan, melaluinya para gembala sidang, khususnya yang masih muda, dapat mengetahui beberapa prinsip dasar penggembalaan jemaat. Gembala sidang yang sudah berpengalaman pun diharapkan memperoleh gagasan baru seputar penggembalaan, atau paling tidak disegarkan kembali dengan beberapa prinsip yang mungkin sudah dilupakan. Beberapa prinsip penggembalaan yang dapat dibaca dalam buku ini antara lain mengenai penggilan untuk melayani, berkhotbah, struktur organisasi gereja, acara-acara kebaktian, berkunjung, disiplin gereja, pernikahan dan perceraian, hal-hal pribadi gembala sidang, dan sebagainya

Hal Baru yang Diperoleh:

Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya (Yohanes 10:4). Frase dari εμπροσθεν αυτων πορευεται. Emprosthen (ke depan) autôn (mereka) poreuetai (ia berjalan) menunjukkan hakikat bahwa kemimpinan gembala selalu berjalan di depan domba-dombanya.

Di Timur Tengah, gembala berjalan di depan domba-domba. Kebiasaan ini menjadi fenomena yang indah dalam relasi antara gembala dan jemaat. Gembala berjalan di depan mereka. Gembala senantiasa memberi contoh dan teladan segala bidang hidupnya. Kepemimpinan gembala selalu menuntun pengikutnya dengan selalu berada di garda terdepan. Berjalan di depan juga berarti menjadi pemimpin visioner karena selalu berada di garda terdepan. Pemimpin yang celaka adalah pemimpin yang ketinggalan zaman. Pemimpin yang celaka adalah pemimpin yang tidak dapat mengejar derap langkah pengikutnya. Misalkan di dalam satu bidang saja, penggunaan Information Technology (IT), ketika semua pengikutnya telah trampil di bidang tersebut, pemimpinnya malah buta sama sekali atau gagap tehnologi. Tentu saja hal ini memengaruhi kinerja kepemimpinannya. Walaupun Kepemimpinan Gembala juga dapat terdiri dari tim atau kepemimpinan kolektif, pemimpin senior tetap mesti memiliki itikad untuk maju dan belajar hal-hal yang berguna. Sedangkan pemimpin yang biasa-biasa saja atau standar adalah pemimpin yang sekedar dapat mengikuti perkembangan zaman. Pemimpin yang demikian tidak memiliki skill khas lebih. Eksistensi Shepherd Leadership seharusnya selalu berada di masa depan walaupun hidupnya masih di zaman sekarang. Pemimpin gembala yang visioner selalu memiliki beberapa langkah, beberapa dekade, beberapa ketrampilan khas lebih daripada para pengikutnya.

Tanggapan Isi Buku:

Domba yang tergembala dengan baik tidak akan mudah mengikuti gembala asing. Domba yang terlatih dengan baik tidak akan dengan mudah disesatkan. Gembala palsu akan mudah dikenali bila jemaat telah mengenal gembala sejatinya dengan baik. Mengapa gembala palsu banyak yang berhasil menyusup dan menggembalakan kawanan domba? Bisa saja karena kawanan domba tidak mengenal baik-baik gembala aslinya atau kecolongan. Di setiap zaman dan generasi sepanjang perjalanan sejarah gereja selalu ada kasus gembala palsu yang mencari keuntungan sendiri. Di negeri kita ada beberapa kalangan yang mengklaim dirinya sendiri sebagai gembala papan atas dan bila diundang untuk melayani, pihak pengundang mesti mentransfer sekian persen dari tarif persembahan kasihnya yang telah ditetapkan. Mesti menyetor down payment sekian digit rupiah atau dollar baru akan dilayani. Bila persembahan kasih tidak sesuai dengan tarif maka jemaat yang mengundang, tidak akan dilayani. Dan Down

payment yang sudah disetor tidak dapat ditarik kembali. Apakah sebagai gembala kita pernah terlintas akan tergoda dengan mencari keuntungan bagi diri sendiri? Mari kita lebih mawas diri.

Rekomendasi:

Buku ini sangat baik dijadikan referensi bagi para hamba Tuhan, khususnya para gembala gereja yang ingin lebih efektif lagi dalam memenangkan jiwa yang sesat serta membina gereja Kristus agar bertumbuh sesuai dengan kehendak-Nya.

Buku 4:

Judul Buku : Gembala Sidang yang Berhasil

Penulis : Ralph M. Riggs

Penerbit : Malang, Gandum Mas

Halaman : 130

Isi Buku:

Di dalam Bab satu, penulis buku membahas tentang Tuhan Yesus memberikan perintah kepada para rasul agar mereka mengajarkan semua orang untuk melaksanakan segala perkara yang telah yang telah diperintahkan-Nya kepada mereka, dan perintahNya kepada mereka yaitu bersaksi, mengajar dan memberitakan Injil (Lukas 24: 48; Matius 28: 19-20; Markus 16:15). Dengan menaati prinsip-prinsip penginjilan ini maka Paulus yang membina Timotius untuk mempercayakan kepada orang-orang yang bertobat agar mereka dapat mengajar secara estafet kepada orang-orang lain juga (II Timotius 2: 2).

Bab kedua membahas persiapan untuk pelayanan kependetaan. Persiapan tersebut harus dimulai pada saat kita merasakan panggilan itu. Pengalaman kelahiran baru merupakan kebutuhan pokok bagi seorang pekerja Kristen.  baptisan Roh Kudus adalah syarat mutlak dengan persiapan bagi pelayanan kependetaan. Para murid yang mendapat pendidikan langsung dari Yesus sendiri tidak diizinkan masuk dalam pelayanan mereka  sebelum mereka dibaptis dalam Roh Kudus. Orang-orang yang percaya akan baptisan Roh Kudus, dan yang telah menerima dan mengajarkannya, hendaknya dengan teguh mempertahankan pendirian mereka tentang hal ini dan menyebarkan iman ini seluas dan secepat mungkin supaya pedoman ini dapat dianut kembali secara umum dan para pelayan Kristus dewasa ini akan memperoleh perlengkapan untuk melayani seperti yang telah ditetapkan Allah bagi semua pelayanan injil.

Pada bab ketiga, membahas tentang seorang pendeta yang baik. Sifat seorang dapat memberi dampak pada orang-orang di sekitarnya. Seorang gembala sidang selalu meninggalkan teladan kerohaniannya yang khas lebih kepada jemaatnya, khususnya pada orang-orang bertobat di bawah pelayanannya. Bahkan tetangganya dan orang-orang lainnya yang bukan Kristen, mereka juga menjadi domba di luar kandang. Gembala sidang yang masih muda berusaha hidup tidak direndahkan oleh orang lain karena usianya muda, tetapi dia harus menjadi teladan sehingga orang-orang menghormatinya. Seorang pendeta harus mengahadiri kebaktian maupun ketika memenuhi janji-janji pribadi secara tepat waktu. Kegagalan utama seorang gembala adalah dalam hal keuangan. Seorang gembala tidak pantas meminjam uang atau berhutang. Hamba Tuhan juga tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Kebenaran harus disampaikan kepada semua orang di dalam kasih. Pembacaan Alkitab tidak hanya dilakukan sebagai persiapan khotbah atau penelaahan Alkitab, tetapi harus dilaksanakan dalam ibadah setiap hari untuk menguatkan dan meneguhkan kerohanian.

Bab empat membahas mengenai kehidupan pribadi gembala sidang. Tidak ada bagian dari kehidupan gembala sidang yang tidak diterangi oleh terang Allah. Bagi gembala sidang tidak mungkin menjalankan hidup yang sungguh-sungguh rohani di depan umum dan menjalankan hidup duniawi dalam kehidupan pribadinya dan keluarganya. Tidak seorangpun memiliki hikmat yang memadai dan pertimbangan yang baik. Gembala dan isterinya harus hidup menyangkal diri karena Allah. Anak-anaknya juga harus diajarkan demikian. Menyerahkan segala sesuai dengan kehendak-Nya. Waktu yang paling menyenangkan untuk berdoa dan menelaah Alkitab bagi seorang pendeta adalah di pagi hari. Karena itu bukan saatnya untuk mengadakan kunjungan. Kebaktian-kebaktian kebangunan rohani tidak dapat mencegah seseorang untuk mundur dari Tuhan jika dia mengabaikan dia dan ibadat pribadi. Melalui Firman-Nya Dia berbicara kepada setiap kita. Sore hari dipakai oleh para gembala untuk mengadakan visitasi ke rumah-rumah jemaatnya. Hari minggu merupakan hari yang paling penting dan hari sebelumnya merupakan hari persiapan untuk pelayanan.

Bab kelima membahas tentang isteri sembala sidang. Relasi gembala dengan isterinya bagaikan hubungan Allah dengan Anak-Nya. Isteri gembala merupakan isteri Kristen yang seharusnya dapat menjadi ibu Kristen. Jika Allah mengaruniakan anak ke dalam keluarga gembala, maka mereka harus menyadari tanggungjawab mereka terhadap anak tersebut. Sehubungan dengan gereja, isteri memiliki tanggungjawab yang sama dengan suaminya terhadap gereja. Mengenai kewajiban dan pelayanan seorang isteri gembala, Allah pasti memberikan karunia tertentu kepada isteri-isteri oleh karena itu, setiap isteri gembala harus memakai karunia itu untuk menambahkan kerohanian bagi jemaatnya. Ada yang diberikan karunia dalam cakap mengajar untuk pelayanan bagi kemuliaan Tuhan.

Pada bab keenam dibahas Sifat Umum Dari Pekerjaan Kependetaan. Dalam Alkitab, gereja diperkenalkan dengan berbagai nama kiasan. Gereja adalah tubuh-Nya, mempelai-Nya, kawan-kawan seiman, carang-carang, kawan domba, sebuah rumah besar, tentara, bait suci, sebuah kota, garam, terang dan sebuah kerajaan. Dengan tepat semuanya ini menggambarkan fungsi dan sifat dari gereja. Istilah gembala berhubungan dengan padang rumput. Gembala merupakan padang rumput yang baik, dimana dari kata ini kita bisa melihat bahwa gembala itu merupakan padang rumput bagi domba-domba (jemaat). Tugas seorang gembala adalah menjaga dan memelihara padang rumput tersebut. Kewajiban gembala dalah memberi makan, menuntun, melindungi, dan membantu kawanan dombanya. Seorang gembala juga disebut sebagai penilik. Seorang gembala itu merupakan utusan dari Allah.

Bab ketujuh membahas tanggung jawab seorang gembala. Tuhan Yesus sebagai gembala yang Agung, maka kedudukan kita adalah sebagai gembala bawahan-Nya. Gembala Agung memiliki banyak orang yang berfungsi sebagai bawahan-Nya. Yesus menghendaki setiap gembala memberi makan domba-domba-Nya dan memperhatikan kesejahteraan mereka.

Tujuan seorang gembala ditempatkan dalam kedudukan seorang penguasa dalam rumah tangga Allah ialah agar dapat memberi mereka makanan pada waktunya.  Jangan sampai seorang gembala melupakan bahwa dia dan jemaatnya diperintahkan oleh sang penebus dunia dengan meyakinkan orang-orang lain untuk menerima keselamatan. Gembala dan jemaat menjadi terang di tempat yang gelap bagi dunia di sekitarnya.

Bab kedelapan, gembala sidang dan pelayanannya. Pelayanan seorang pendeta meliputi tugas yang paling utama adalah memberitakan Firman. Pemberitaan injil harus disertai dengan keseimbangan mengajar Firman Allah. Tuhan telah menetapkan dan mendirikan jabatan guru sebagai suatu lembaga yang tetap dalam gereja. Demikian juga karunia mengajar tercantum di dalam daftar karunia-karunia Roh Kudus yang diberikan kepada gereja-Nya. Gembala bertanggungjawab untuk memperhatikan bakat yang terpendam atau yang baru nampak diantara gerejanya. Gembala harus mendorong jemaatnya agar bersemangat di dalam pemberitaan injil. Penglihatan dan gairah utnuk menyelamatkan jiwa ini jangan dibatasi oleh daerah sekitar atau kota dimana gereja berada. Ketika Yesus berkeliling mengabarkan injil kerajaan surga dan mengajar di dalam rumah-rumah ibadat mereka, Dia juga menyembuhkan segala penyakit dan kelemahan di antara orang banyak itu.

Bab kesembilan mengenai kunjungan pengembalaan. Kunjungan pengembalaan terutama merupakan perkunjungan gembala sidang ke rumah anggota-anggota jemaatnya. Visitasi ini juga mesti mencakup kepada simpatisan yang menghadiri kebaktian dan pendatang-pendatang baru dan tetap. Anggota jemaat yang sama sekali tidak dapat ke gereja karena usia yang sudah lanjut atau sakit harus dikunjungi oleh gembalanya. Gembala sidang tidak melalaikan anggota-anggota jemaatnya yang tetap dan setia datang di kebaktian. Pelayanan di mimbar akan lebih efektif jika sebelumnya gembala telah berusaha menemui anggotanya. Melalui visitasi yang dia lihat secara langsung keadaan jemaatnya maka gembala dapat mengerti kondisi yang dialami oleh jemaatnya.

Bab kesepuluh membahas tentang kebaktian umum. Acara kebaktian seluruhnya adalah kudus seperti khotbahnya. Pada umumnya keefektifan khotbahnya itu dipengaruhi oleh suasana yang diciptakan sebelum khotbah disampaikan. Tuhan telah menetapkan supaya umat-Nya beribadah kepada-Nya dengan nyanyian. Kitab Mazmur menjadi nyanyian dalam kebaktian orang Ibrani dan jemaat Kristen. Semua kata nyanyian harus dapat didengar dan dimengerti dan harus pula ikut menciptakan suasana ibadah. Doa jemaat yang dipanjatkan oleh semua hadirin merupakan dasar dan puncak penyembahan sejati. Doa adalah jiwa pengalaman Kristen setta merupakan dasar dan jiwa dari semua penyembahan bersama yang sejati, maka kebaktian doa penting diadakan diantara kebaktian-kebaktian sepanjang minggu.

Bab kesebelas membahas mengenai upacara-upacara gerejawi, Perjamuan kudus merupakan salah satu upacara gerejawi yang dilakukan secara berkala sesuai dengan tata tertib gereja. Baptisan air juga merupakan upacara gerejawi yang dilaksanakan setelah calon jemaat mengikuti kelas katekisasi. Pendeta harus memastikan bahwa calon baptisan sudah mengerti akan upacara yang akan diadakan dan sungguh-sungguh sudah lahir baru. Penerimaan anggota baru juga merupakan upacara gerejawi ketika anggota baru yang diterima dalam sebuah gereja disaksikan di depan umum yang menyatakan bahwa anggota tersebut telah sah menjadi anggota dari gereja tersebut. Penyerahan anak juga merupakan momen orang tua membawa anaknya kehadapan Tuhan di depan pendeta dan para jemaat. Pemberkatan pernikahan juga merupakan upacara gerejawi, sebuah momen mensahkan pengantin di hadapan Tuhan oleh pendeta dan upacara ini memenuhi hukum sipil dan peraturan Firman Allah. Dan yang terakhir adalah upacara pemakaman yang diusulkan oleh keluarga yang bersangkutan.

Bab dua belas membahas tentang Sekolah Minggu. Permulaan masa kanak-kanak merupakan masa yang paling mudah dipengaruhi. Jadi masa itulah kesempatan yang paling baik untuk mempengaruhi anak-anak bagi Allah. Tujuan sekolah minggu yang paling dimengerti adalah memberikan pendidikan agama kepada anak-anak. Hubungan gembala sidang dengan sekolah minggu sangat penting. Gembala sidang adalah gembala rohani dari sekolah minggu. Salah satu tugas seorang gembala adalah memilih guru sekolah minggu. Semangat pemberitaan injil harus ditanamkan di dalam setiap hati anak-anak sejak usia mereka yang muda. Pemimpin dan guru-guru harus menanamkan di dalam hati anak-anak penghormatan yang dalam akan rumah Tuhan.

Bab dua belas mengenai pekerjaan kaum muda. Kaum muda merupakan kawanan domba yang berbeda dan karena membutuhkan makanan dan perlakuan yang berbeda pula. Kaum muda lebih penuh semangat daripada orang yang lebih dewasa. Anak-anak muda lebih suka bergaul daripada orang dewasa. Sebab itu mereka memerlukan komunitas persekutuan. Organisasi itu dibentuk tidak dapat terlepas dari gereja, karena itu pendeta menunjukkan kepada para kaum muda perhatiannya dan kepemimpinannya. Jangan membentuk organisasi kaum muda sebelum mereka menginginkannya dan bersedia melakukan pekerjaan yang perlu bagi Tuhan.

Bab empat belas adalah tentang gembala dan ruangan belajar. Waktu yang terbaik untuk menelaah adalah pagi hari karena pada waktu inilah pikiran masih segar, oleh karena itu kita bisa memusatkan pikiran dan belajar lebih banyak. Setiap pagi seorang gembala harus ada di ruang belajar untuk mencurahkan tenaganya dalam pekerjaan yang menyenagkan ini. Seorang gembala adalah seorang yang pertama-tama memperhatikan kerohanian setiap orang. Seorang gembala dapat membuat sebuah perpusatakaan buku mengenai teologia dan ajaran Alkitab. Seorang gembala juga harus mengetahui kejadian disekitarnya.

Bab lima belas adalah mengenai pelayanan gembala sidang di mimbar. Dalam memberitakan Firman Allah yang diberitakan terdapat kuasa yang kreatif dan membangun. Alkitab menjadi contoh untuk semuanya. Mengucapkan Firman Allah dengan iman menghasilkan akibat yang langsung dan ajaib sekalidalam hisup pendengarnya. Hal ini mengakibatkan kita mengerti betapa penting dan berkuasanya mimbar Kristen itu. Mimbar mendapat sorotan Allah  dan manusia, tempat perantara antara Allah dan manusia. Mimbar memberikan kesempatan kepada Allah untuk berbicara kepada manusia melalui seorang manusia yang fana, memberi kesempatan kepada pendeta untuk menjadi juru bicara Allah dan memberi kesempatan kepada jemaat untuk mendengar suara Allah.

Bab enam belas adalah tentang etika kependetaan. Etika kependetaan merupakan patokan yang tinggi bagi tingkah laku manusia yang meliputi batas sopan santun terhadap orang lain. Amanat yang ilahi bagi kita harus berbelas kasihan dan mengasihi segala saudara dan penyayang dan rendah hati. Seorang gembala yang baru bertindak dengan bijaksana apabila ia tidak segera mengubah cara-cara gembala yang mendahuluinya.

Hal Baru yang Diperoleh:

Gembala sidang yang sukses pastinya adalah gembala yang mengasihi dan dikasihi Allah. Mengenai gembala yang agung Bapa berkata, “Inilah anak yang kukasihi kepada-Nyalah Aku berkenaan.” Hal yang disenangi oleh Allah itu akan mengakibatkan disenangi oleh manusia. Allah menginginkan dan menghendaki agar perilaku para gembala bawahan-Nya itu dihadap-Nya dan manusia sama seperti gembala agung tersebut.

Alkitab merupakan kehendak Allah yang sudah dinyatakan dan kehendak-Nya mengenai gembala-gembala kawanan domba-Nya itu dengan jelas dipaparkan dalam Alkitab. Fiman Allah banyak memuat informasi, gagasan serta petunjuk mengenai apa artinya menjadi gembala sidang yang sesuai dengan kehendak Allah. Keterangan dan petunjuk yang begitu banyak di dalam Alkitab menjelaskan dengan tegas bahwa Allah ingin pekerja-pekerjaNya akan dilengkapi dengan sempurna untuk setiap pekerjaan yang baik.

Menjadi gembala sidang yang berhasil merupakan pekerjaan terbesar yang dimungkinkan di dalam hidup ini. Hal tersebut tentu saja memerlukan penyerahan total di hadapan Allah. Pembangunan segala sesuatu memerlukan perencanaan yang teliti dan panggilan yang dalam. Karir yang berhasil, mula-mula memerlukan kemampuan-kemampuan tertentu dan minat yang kuat, lalu dibarengi dengan persiapan yang teliti, praktik dan proses pembelajaran selama bertahun-tahun. Begitu pula keadaannya untuk seorang yang terpanggil untuk melayani sebagai gembala sidang yang mumpuni.

Tanggapan Isi Buku:

Alkitab merupakan kehendak Allah yang sudah dinyatakan, dan kehendak-Nya mengenai gembala-gembala kawanan domba-Nya itu dengan jelas dibentangkan dalam Kitab Suci. Firman Allah itu penuh dengan keterangan serta petunjuk mengenai apa artinya Gembala Sidang yang berhasil. Keterangan dan petunjuk yang begitu banyak di dalam Alkitab menjelaskan dengan tegas bahwa Allah ingin pekerja-pekerja-Nya dilengkapi dengan sempurna untuk setiap pekerjaan yang baik.

Menjadi gembala sidang yang berhasil mungkin merupakan pekerjaan terbesar dalam hidup ini. Hal itu tak akan tercapai dengan hanya satu jam penyerahan di hadapan Allah, atau satu malam bergumul dalam doa, atau satu usaha yang singkat, meskipun dengan bersungguh-sungguh. Bangunan yang besar memerlukan perencanaan yang teliti dan penggalian yang dalam. Karier yang berhasil, mula-mula memerlukan kemampuan-kemampuan tertentu dan minat yang kuat, lalu kemudian diikuti persiapan yang rajin, praktik, dan pengalaman selama bertahun-tahun. Demikian pula halnya bagi seorang yang ingin menjadi gembala sidang yang berhasil. Sebelum ia dilahirkan, Allah sudah memunyai rencana ini baginya; ia harus dipanggil dan dilengkapi, ditahbiskan dan diutus seluruh rencana itu hendaknya berasal dari Allah, dan mendapat tanggapan sepenuh hati, dan yang dipanggil, dan tanpa ragu-ragu didukung oleh orang-orang percaya.

Rekomendasi:

Melalui buku ini saya mendapatkan banyak hal di mana dalam buku ini menjelaskan bagaimana kehidupan seorang gembala di dalam Tuhan, bagaimana pelayanannya dan bagaimana dia hidup dalam jemaatnya. Gembala memiliki tugas yang besar yang dipercayakan Tuhan kepadanya. seorang gembala harus bisa menjadi teladan bagi jemaatnya, bukan hanya melalui perkataannya tetapi melalui setiap tingkalaku dan tindakan yang dia lakukan dalam kehidupannya. Seorang gembala adalah bapa rohani bagi jemaatnya baik jemaat kecil maupun besar. Yang saya maksudkan disini adalah baik mulai dari anak-anak, pemuda-pemudi, yang sudah dewasa, paara orang tua, dan semuanya jemaat yang ada di gereja tersebut. Seorang gembala dipercayakan untuk memimpin, mengajar dan memelihara jemaat Tuhan. Oleh karena itu gembala sidang itu memiliki tugas yang tidak mudah untuk dilakukan oleh setiap pribadi tetapi tugas itu sangat berat dan sangat berkonsekuensi.

Gembala sidang dapat menjalankan semua tugas yang dipercayakan kepada dia dengan dukungan dari setiap rekan kerja, keluarga dan yang utama adalah hubungan dia dengan Tuhan yang begitu erat di mana Tuhan yang memapukan dia untuk menjalankan setiap tugas itu. Dan seorang gembala tidah hanya mejalankan tugas itu sendirian melainkan dibantu oleh rekan-rekan kerjanya. Melalui buku ini kita bisa mengetahui apa tugas seorang gembala sidang dan bagaimana posisinya dalam gereja. Buku ini menjelaskan semuanya tentang bagaimana seorang gembala dan apa yang harus dipersiapkan oleh seorang gembala ketika dia bekerja dan dipercayakan Tuhan untuk memelihara umat-Nya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *