Renungan

Kesatuan Jemaat

Kesatuan Jemaat

Kisah 4: 32-33

(By Chia Yee Xian)

Pendahuluan

Sebelum Tuhan Yesus naik ke sorga, Dia memberi Amanat Agung kepada murid-murid-Nya. Gereja mula-mula tahu tujuan keberadaan gereja adalah memberitakan Injil kepada mereka yang belum percaya. Demikian juga, tujuan keberadaan gereja kita, Mount Carmel Pontianak, adalah menjadi “Beacon of Hope”, Mercusuar Pengharapan di Pontianak.

Kita membawa:

  • Pengharapan Keselamatan
  • Pengharapan Damai Sejahtera
  • Pengharapan Kemenangan
  • Pengharapan Masa Depan yang Cerah kepada anak-anak supaya mereka mencapai potensi mereka.

Terus terang, pandemi Covid-19 telah memberi pukulan yang hebat kepada pelayanan. Untuk suatu waktu karena PPKN, (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) dan juga protokol Covid-19, kita tidak dapat melanjutkan kelas Inggris kepada anak-anak, pendalaman Alkitab tatap muka bahkan ibadah tatap muka.

Puji Tuhan, karena kita sekarang berada dalam era digital technology, kita dapat memanfaatkannya. Kita merespons dengan Sekolah Minggu online, Ibadah online, PA Bapak-bapak online, PA Ibu-ibu online, PA Remaja online dan Persekutuan Doa Gabungan Online. Puji Tuhan, walaupun banyak rintangan, Tuhan tetap memberi kepada kita kesempatan untuk membawa Khabar Baik dan sepuluh jiwa telah dimenangkan untuk Tuhan Yesus tahun lalu.

Sudah dua tahun, pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Dengan varian Omicron, kelihatannya pandemi Covid-19 tetap akan ada untuk satu-dua tahun ke depan. Pandemi Covid-19 memang menyulitkan kita untuk bertumbuh ke atas, tetapi kita bisa bertumbuh ke bawah. Saya percaya ketika kita sungguh-sungguh berakar dalam Kristus, saat badai pandemi lewat, Mount Carmel Pontianak akan bertumbuh dengan pesat. Bagaimana dengan pendidikan anak-anak? Sudah dua tahun tidak ada kelas Inggris. Kita akan memulai kelas Inggris online untuk anak-anak dan terus mendorong mereka untuk lebih giat lagi belajar karena pendidikan anak-anak adalah jalan keluar dari siklus kemiskinan dan jawaban bagi orang tua mereka yang terus bergumul dengan ekonomi.

Apakah si musuh senang ketika kita lebih mendalami firman Tuhan? Apakah si iblis diam-diam saja saat kita membawa orang kepada Tuhan Yesus Kristus? Tidak! Dia tidak akan diam. Dia akan bertindak. Pandemi Covid-19 tidak dapat menghancurkan Mount Carmel Pontianak. Malah kita menjadi lebih kuat. Saya sadar bahwa kalau si musuh gagal dari serangan luar, dia akan serang dari dalam.

Tahun lalu, saya perhatikan bahwa ada sedikit kesalahpahaman di antara jemaat. Puji Tuhan, karena anugerah Tuhan, kesalahpahaman ini tidak menjadi konflik yang mengancam kesatuan gereja. Kesatuan jemaat sangat penting. Kita kuat bila kita bersatu. Kita lemah bila tidak ada kesatuan.

Dalam hal kesatuan jemaat, kita dapat belajar dari gereja mula-mula, Kisah Para Rasul 4: 32-33. Tema firman Tuhan hari ini adalah “Kesatuan Jemaat”.

1. Kesatuan dalam Jemaat Yang Mula-Mula

Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. (Kisah 4: 32)

Perhatikan bahwa “orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa”, ada kesatuan di antara orang-orang percaya di gereja mula-mula.

Kesatuan tidak terbatas kepada para rasul atau para pemimpin gereja, tetapi semua orang percaya bersatu. Mereka sehati dan sejiwa.

  • “Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama”. (Kisah 1: 14)
  • “Semua orang percaya berkumpul di satu tempat” pada Hari Pentakosta dengan satu tujuan, yaitu menantikan pencurahan Roh Kudus. (Kisah 2: 1) Mereka memilki visi dan tujuan yang sama.
  • “Semua orang percaya selalu berkumpul ….. dalam persekutuan yang erat.” (Kisah 5: 12). Mereka bersatu dalam iman.
  • Mereka juga saling memperhatikan kebutuhan masing-masing dan tidak ragu-ragu membagi-bagikan kepunyaan mereka kepada mereka yang membutuhkan. (Kis 4: 34)

Mereka bukan hanya berkumpul bersama-sama untuk beribadah tetapi ada kesatuan yang erat di antara mereka.

2. Kesatuan Jemaat Mendatangkan Kuasa Allah

Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. (Kisah 4: 33)

Mereka bersatu dengan satu tujuan yaitu “memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus”. Mereka bersatu dengan tujuan melaksanakan Amanat Agung, memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum percaya. Tujuan ini memberi mereka fokus dalam kehidupan dan pelayanan mereka.

Rick Warren mengatakan bahwa kehidupan yang dijalankan berdasarkan tujuan, memiliki kuasa atau kekuatan yang besar. Hidup yang berfokus ibarat cahaya. “Cahaya yang menyebar memiliki sedikit kuasa atau pengaruh, tetapi Anda bisa memusatkan energinya dengan memfokuskannya. Dengan kaca pembesar, sinar matahari bisa difokuskan untuk membakar rumput atau kertas. Ketika cahaya lebih difokuskan lagi seperti sinar laser, ia bisa memotong baja.”

Ada kuasa dalam kesatuan yang memiliki tujuan dan fokus. Jemaat yang mula-mula memiliki ini. Mereka mengalami kuasa Alah.

  • Kuasa Allah itu dinyatakan dalam gereja mula-mula yang bertumbuh dengan pesat.
  • Kuasa Allah itu dinyatakan dalam kemampuan mereka untuk mengatasi penganiayaan. Lebih dianiayai, lebih ditindas, gereja lebih berkembang.
  • Kuasa Allah itu dinyatakan dalam kesatuan dalam perbedaan, “unity in diversity”.

Oleh karena kesatuan jemaat, oleh karena mereka berfokus kepada tujuan menjangkau orang-orang yang terhilang, dan oleh karena mereka saling memperhatikan kebutuhan masing-masing, Allah senang.

Mereka bukan saja mengalami kuasa Allah, mereka juga mengalami berkat Allah dan kasih karunia yang yang melimpah-limpah.

3. Memelihara Kesatuan Jemaat

Kesatuan jemaat sangat penting. Kita harus mengusahakan dan memelihara kesatuan jemaat.

Pertama, kita harus menjauhkan hal-hal yang dapat menghalangi kesatuan gereja:

(a) Kita harus mengesampingan ego kita. Sikap kita harus kehendak Allah yang terjadi dan bukan kehendak kita.

(b) Kita harus menjauhkan sikap melayani diri sendiri. Kesatuan gereja akan tercapai ketika jemaat tidak mencari mencari kepentingan dirinya sendiri. Sangat dibutuhkan sikap atau hati seorang hamba. Jikalau jemaat mulai melayani sesama dan mengutamakan kepentingan orang lain, saya percaya sifat ego dan sikap melayani diri akan dijauhkan dan menghasilkan kesatuan jemaat.

(c) Kita harus menghentikan kebiasaan komplain. Ini adalah karena komplain bisa sangat menular, memisahkan dan tidak akan menghasilkan hal-hal yang positif melainkan yang negatif. Oleh itu, biarlah kata-kata yang keluar dari mulut kita adalah kata-kata yang membangun dan bukan yang menjatuhkan.

Kedua, kita harus tahu bagaimana kita dapat memelihara kesatuan gereja.

  • Kesatuan dimulai dengan tidak mengkritik orang tetapi menyelidiki diri sendiri.
  • Kita tidak menuntut orang lain untuk berubah tetapi kita mengakui bahwa kita bukan orang yang sempurna.
  • Kesatuan akan terjalin ketika kita belajar menerima perbedaan dan mau saling mengampuni.

Kita harus berusaha untuk memelihara kesatuan gereja dengan kerelaan hati untuk mengikuti pimpinan dan menerima keputusan gereja.

  • Ini tidak berarti kita buta-buta mengikut.
  • Ini berarti kita menghormati otoritas gereja.
  • Ini berarti kita mau tunduk, menerima dan mendukung keputusan gereja walaupun pendapat kita berbeda.

Penutup

Pada malam terakhir hidupnya, Yesus berdoa untuk murid-muridnya dan juga untuk semua orang percaya. “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” (Yohanes 17: 20-21)

Yesus berdoa untuk kesatuan jemaat, “supaya mereka semua menjadi satu”.

Yesus tidak berdoa untuk menjauhkan kita dari bahaya. Yesus berdoa untuk kesatuan kita. Mengapa kesatuan kita begitu penting? Ini adalah karena:

  • Kesatuan kita dapat membawa orang-orang kepada Tuhan. Kesaksian hidup orang-orang Kristen yang saling mengasihi, saling memperhatikan dan saling menolong adalah jembatan atau sarana Injil yang sangat efektif.
  • Sebaliknya, ketidaksatuan kita, konflik di antara saudara seiman akan menjadi batu sandungan kepada orang-orang bukan percaya dan menjauhkan mereka dari Kristus.

Yesus berdoa untuk kesatuan kita karena Dia tahu salah satu strategi iblis menyerang gereja adalah menciptakan konflik dalam gereja. Gereja yang tidak bersatu adalah gereja yang lemah dan tidak dapat memberi ancaman kepada si iblis.

Jikalau Yesus begitu peduli akan kesatuan jemaat, bukankah kita juga harus pedulikan kesatuan dalam Mount Carmel Pontianak? Ketika ada kesatuan dalam gereja, ada banyak yang dapat dicapai karena ada kuasa atau kekuatan dalam kesatuan.

Bapak-ibu, saudara-saudari yang dikasihi dalam Yesus Kristus, jika kita ingin Mount Carmel Pontianak terus bertumbuh, kita harus memperhatikan kesatuan jemaat. Oleh itu, marilah kita sehati dan sejiwa dengan satu tujuan, yaitu menjadi Mercusuar Pengharapan dan melaksanakan pemerintah Amanat Agung Tuhan Yesus. Mari kita berdoa!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *