Renungan

Bersukacitalah Senantiasa Dalam Tuhan

Bersukacitalah Senantiasa Dalam Tuhan

Filipi 4: 4

(by Chia Yee Xian)

Pendahuluan

Hari ini, kita merayakan Ibadah Syukuran Imlek. “Shou xian, wo yao zhu ta jia Xin Nian Kuai Le”. Selamat Tahun Baru Imlek kepada bapak-ibu, saudara-saudari yang dikasihi dalam Tuhan Yesus Kristus.

Di negara Cina yang memiliki empat musim, setelah melewati musim dingin yang sejuk, orang-orang Cina akan menyonsong musim semi dengan kegembiraan. Udara yang segar dan nyaman yang disertai dengan bunga-bunga yang kemekaran, burung-burung yang berkicauan, kupu-kupu yang berterbangan, semuanya mendatangkan dan memberi kebahagiaan dan kegembiraan.

Hari ini, walaupun kita tinggal di tempat yang tidak memiliki empat musim, semua orang Tionghua menyambut Imlek dengan kegembiraan.

  • Orang tua penuh dengan kegembiraan. Pada malam Imlek, semua anggota keluarga berkumpul bersama-sama menikmati masakan ibu yang bukan saja enak tetapi juga berkelimpahan. Ada kesatuan keluarga yang begitu hangat.
  • Anak-anak kecil gembira karena mereka bukan saja dapat pakai baju baru, mereka juga dapat main bunga api dan yang paling utama mendapat angpow.
  • Remaja-remaja dan pemuda-pemudi gembira karena mereka bisa berkumpul bersama-sama terutama bagi mereka yang sudah jatuh cinta.
  • Orang-orang yang merantau gembira karena hari-hari yang dinanti-nantikan untuk berkumpul bersama-sama dengan keluarga terwujud pada hari Imlek.

Sungguh tepat sekali ucapan Imlek “Xin Nian Kuai Le”. Penterjemahan secara harfiah ucapan ini adalah “Berbahagialah atau Bergembiralah pada Hari Imlek” …… “Happy Chinese New Year!”

Sekali lagi, saya ucapkan “Xian Nian Kuai Le”. Lebih penting lagi, saya berharap Anda dapat mengalami sukacita dalam Tuhan pada tahun ini.

Saya akan membaca Filipi 4: 4, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” Tema firman hari ini adalah “Bersukacitalah Senantiasa Dalam Tuhan!”

1. Apa bukan artinya bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan

Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan bukan berarti kita tidak pernah merasa sedih. Alkitab itu seimbang. Kita harus melihat firman Tuhan dari keseluruhan Alkitab dan tidak hanya melihat dari satu ayat saja.

Contohnya, dalam 1 Tesalonika 5: 16, Alkitab berkata, “Bersukacitalah senantiasa.” Dan dalam Yohanes 11: 35, Alkitab berkata, “Maka menangislah Yesus”.

Satu ayat berkata, “Bersukacitalah” dan ayat yang lain, “Menangislah”.

Apakah dua ayat ini berkontradiksi atau pertentangan? Tidak! Kedua ayat ini tidak pertentangan. Juruselamat kita, Yesus, dapat sedih dan juga memiliki sukacita.

  • Yesus sedih karena Lazarus yang dikasihi-Nya telah mati.
  • Yesus bersukacita karena Dia tahu kematian Lazarus akan membawa kemuliaan kepada Allah.
  • Lazarus akan bangkit dari kematian dan banyak orang akan percaya kepada Yesus karena mujizat kebangkitan Lazarus.

Bagaimana perasaan Yesus saat dia tergantung di salib dan melihat ibunya, Maria bersama dengan murid yang dikasihi-Nya.

Kita harus ingat bahwa Yesus bukan saja adalah Allah, Dia juga adalah manusia yang sejati.

  • Sebagai manusia yang sejati, Yesus pasti sedih karena kuartirkan ibunya. Siapa yang akan menjaga ibunya setelah dia pergi?
  • Yesus juga bersukacita karena Dia tahu penggenapan nubuatan keselamatan Allah hanya tinggal selangkah lagi.
  • Sebentar lagi, di kayu salib, Dia akan berkata, “Sudah selesai” dan menyerahkan nyawa-Nya.
  • Yesus tahu bahwa pada saat dia menghembuskan nafasnya yang terakhir, akan selesai karya keselamatan-Nya yang sempurna dan lengkap. Dia telah melakukan segala sesuatu yang diperlukan untuk keselamatan kita.

Oleh itu, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan” bukan berarti kita harus menyangkal dukacita dan tidak boleh merasa sedih. Dalam hal ini, Kitab Mazmur sangat menolong dalam penjelasan konsep ini.

Pemazmur sering jatuh dalam kesedihan dan keputusasaan. Dalam keadaan seperti itu ketika dia sangat sedih:

  • Pemazmur akan membawa pergumulannya kepada Allah.
  • Dia mengakui dukacitanya dan perasaannya yang sedih kepada Allah.
  • Dia berseru kepada Allah.
  • Dia memusatkan pikirannya kepada Allah dan berserah kepada-Nya.
  • Pada akhirnya, perasaannya akan mulai berubah dari kesedihan menjadi sukacita.
  • Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran sukacita Allah.
  • Keadaannya dan pergumulannya tetap sama tetapi dia mengalami sukacita Tuhan di tengah-tengah dukacitanya

.

2. Apa artinya bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan

Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan bukan karena perasaan tetapi karena ketaatan.

“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Filipi 4: 4)

Ayat ini adalah suatu perintah untuk bersukacita. Perintah bersukacitalah diulangi sebanyak dua kali.

Dalam keadaan yang sulit, kita harus dengan sengaja memilih untuk bersukacita. “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan” adalah tentang sikap kita, fokus kita dan pilihan kita.

Pilihan bersukacita memang bertentangan dengan perasaan kita yang sedih pada saat semua tidak berjalan dengan lancar dalam hidup kita.

Saat kita dalam pencobaan, saat kita diperlakukan dengan tidak adil, saat kita dikecewakan, kita diperhadapkan dengan dua pilihan. Apakah kita bersukacita dalam Tuhan atau berlarut dalam perasaan kesedihan?

Dalam hal ini, rasul Paulus memberi kita teladan yang baik. Kitab Filipi adalah Surat Sukacita Paulus. Saat dia menulis surat ini, Paulus sedang ditahan.

Rasul Paulus ada banyak alasan untuk sedih dan kecewa karena apa dia alami karena Injil (2 Korintus 11: 24-25).

  • Karena Injil, lima kali dia disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan.
  • Karena Injil, tiga kali dia didera.
  • Karena Injil, satu kali dia dilempari dengan batu.
  • Karena Injil, tiga kali dia mengalami karam kapal.

Sekarang karena Injil, dia dipenjarakan. Malah ada orang yang menggunakan kesempatan ini untuk memberitakan Injil dengan maksud yang tidak ikhlas dan memperberat beban Paulus dalam penjara.

Rasul Paulus seharusnya kecewa. Dia seharusnya tenggelam dalam perasaan “self-pity”, perasaan kasihan pada diri sendiri. Dia seharusnya sedih. Tetapi “Tidak!”. Malah dia memilih untuk bersukacita.

Dalam Filipi 1: 18, rasul Paulus berkata, “Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita.”

Rasul Paulus memilih untuk bersukacita. Dia berkata, “Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita.”

3. Bagaimana kita dapat bersukacita senantiasa dalam Tuhan?

Pertama, untuk mengalami sukacita dalam Tuhan, kita harus memiliki hubungan yang benar dengan Allah.

  • Kita harus percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita.
  • Kita harus menjalin hubungan yang akrab dengan Tuhan.
  • Kita rajin membaca firman Tuhan, tekun berdoa, setia beribadah dan kita giat melayani.
  • Melalui hubungan yang dekat dengan Tuhan, hidup kita akan muncul buah Roh dan salah satu buah Roh adalah sukacita.

Kedua, kita harus tunduk kepada pimpinan Roh Kudus, “hidup dalam Roh”.

  • Ini berarti setiap saat, kita harus tunduk kepada pimpinan Roh Kudus yang tinggal di dalam kita.
  • Kita harus berkata tidak kepada “keakuan” dan berkata “ya” kepada Tuhan.
  • Kita harus dengan sengaja mematikan manusia lama kita, menyangkal diri dan tunduk kepada Allah yang berdaulat.

Ketiga, kita harus melihat segala pencobaan kita melalui lensa Allah atau dari sudut pandangan Allah.

Roma 8: 28, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”

Kita mengerti bahwa di balik segala sesuatu ada maksud Allah yang tertentu dan itu untuk kebaikan kita.

Penutup

Imlek adalah hari yang bahagia dan gembira. Saya berharap bapak-ibu, saudara-saudari yang dikasihi dalam Tuhan Yesus Kristus bukan saja dapat mengalami kegembiraan Imlek tetapi juga senantiasa bersukacita dalam Tuhan Yesus Kristus.

  • Sukacita dalam Tuhan adalah lebih dari sekadar gembira.
  • Sukacita dalam Tuhan adalah suatu kemampuan untuk bersukacita dan berbahagia karena sikap, pikiran dan pilihan yang benar.
  • Sukacita dalam Tuhan dapat dialami bahkan di tengah-tengah pencobaan dan pergumulan hidup.
  • Sukacita dalam Tuhan dialami ketika kita memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan Yesus. Ini adalah karena sukacita adalah buah Roh.

Mari kita berdoa!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *