Artikel

Roma 10:8-9: RHÊMA PISTEÔS, Pengakuan Iman di Mulut

 

Roma 10:8-9: RHÊMA PISTEÔS, Pengakuan Iman di Mulut

 

MULA DARI DISUSUNNYA PENGAKUAN IMAN (CREDO-KALIMAT SYAHADAT) OLEH GEREJA PURBA:

Ayat yang dituliskan oleh Rabbi Saul pada Roma 10:8-9 ini sangat bagus, dan menjadi dasar dari Gereja Kristus Purba dari para bapa Gereja untuk menyusun “Pengakuan Iman” (Credo), misalnya “pengakuan iman rasuli (Credo Apostolicum)” atau “pengakuan iman nicea,” atau kredo-kredo yang lainnya. Kalimat “Aku percaya….” ini diucapkan bersama-sama di mulut dengan suara yang nyaring sebagai keyakinan bersama.

 

* Roma 10:8-9

10:8 LAI TB, Tetapi apakah katanya? Ini: “Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.” Itulah firman iman (TO RHÊMA TÊS PISTEÔS), yang kami beritakan.

King James Version (KJV), But what saith it? The word is nigh thee, even in thy mouth, and in thy heart: that is, the word of faith, which we preach;

Bahasa Asli Naskah Yunani, Textus Receptus (TR), ἀλλὰ τί λέγει Ἐγγύς σου τὸ ῥῆμά ἐστιν ἐν τῷ στόματί σου καὶ ἐν τῇ καρδίᾳ σου τοῦτ᾽ ἔστιν τὸ ῥῆμα τῆς πίστεως ὃ κηρύσσομεν

Translit interlinear, alla {tetapi} ti {apa yg ia} legei {katakan} eggus {dekat} sou {denganmu} to rhêma {kabar/ perkataan/ pemberitaan dalam tutur itu} estin en {di dalam} tô stomati {mulut} sou {-mu} kai {juga} en {di dalam} tê kardia {hati} sou {mu} tout estin {yaitu} to rhêma {kabar/ perkataan/ pemberitaan / pengakuan dalam tutur (diucapkan verbally di mulut), noun-nominative singular neuter} tês pisteôs {iman, noun-genitive singular feminine} ho kêrussomen {yang kami khotbahkan}

 

The Ortodoks Jewish Bible (OJB), But what does it say? “The Dvar is near you, in your MOUTH and in your HEART ” [DEVARIM 30:14]. That is, the Dvar of Emunah which we proclaim.

Haberit Hakhadashah (Naskah Ibrani PB),

אֲבָל מַה־תֹּאמַר קָרוֹב אֵלֶיךָ הַדָּבָר בְּפִיךָ וּבִלְבָבֶךָ הוּא דְּבַר הָאֱמוּנָה אֲשֶׁר אֲנַחְנוּ מְבַשְׂרִים׃

Translit interlinear, ‘AVAL {tetapi} MAH- {apa} TOMER {katanya} QAROV {dekat} ‘ELEYKHA {kepadamu} HADAVAR {perkataan itu} BEFIKHA {di dalam mulutmu} UVIL’VEKHA {dan di dalam hatimu} HU {dia adalah} DEVAR {firman} HA’EMUNAH {iman} ‘ASHER {yang} ‘ANAKH’NU {kami} MEVASH’RIM {kami telah memberitakan}

10:9 LAI TB, Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya (PISTEUÔ) dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.

KJV, That if thou shalt confess with thy mouth the Lord Jesus, and shalt believe in thine heart that God hath raised him from the dead, thou shalt be saved.

TR, ὅτι ἐὰν ὁμολογήσῃς ἐν τῷ στόματί σου κύριον Ἰησοῦν καὶ πιστεύσῃς ἐν τῇ καρδίᾳ σου ὅτι ὁ θεὸς αὐτὸν ἤγειρεν ἐκ νεκρῶν σωθήσῃ·

Translit, hoti {sebab} ean {jikalau} homologêsês {engkau mengakui} en {dengan} tô stomati {mulut} sou {-mu} kurion {(adalah) Tuhan} iêsoun {Yesus} kai {dan} pisteusês {percaya, verb – aorist active subjunctive – second person singular} en {di dalam} tê kardia {hati} sou {-mu} hoti {bahwa} ho theos {Allah} auton {Dia} êgeiren {telah membangkitkan} ek {dari} nekrôn {orang-orang mati} sôthêsê {kamu akan diselamatkan}

OJB, Because if you make hoda’ah (confession) “with your PEH” of Adoneinu Yehoshua, and have emunah “in your LEV” that G-d raised him from the Mesim, you will be delivered.

Haberit Hakhadashah,

כִּי אִם־בְּפִיךָ תוֹדֶה שֶׁיֵּשׁוּעַ הוּא הָאָדוֹן וְתַאֲמִין בִּלְבָבְךָ שֶׁהָאֱלֹהִים הֱעִירוֹ מִן־הַמֵּתִים תִּוָּשֵׁעַ׃

Translit interlinear, KI {sebab} ‘IM- {apabila} BEFIKHA {dengan mulutmu} TODEH {engkau menyukuri} SHEYESHUA {bahwa Yesus} HU {Dia adalah} HA’ADON {Tuhan} VETA’AMIN {dan engkau percaya, Verb Qal Imperfect 2nd Mas. Sing.} BIL’VAV’KHA {di dalam hatimu} SHEHA’ELOHIM {bahwa Allah} HE’IRO {membangkitkan-Nya} MIN- {dari} HAMETIM {orang-orang mati} TIVASHE’A {engkau diselamatkan}

 

Pada Roma 10:8 terdapat frasa menarik “firman iman” (LAI TB) yang merupakan terjemahan dari kata Yunani:  το ρημα της πιστεως  – to rhêma tês pisteôs.” Terjemahan “firman iman” ini secara “metonimia” tidak salah, namun ada “lost in translation” yang berpotensi mengaburkan makna yang dimaksud oleh Rabbi Saul.

LAI-TB “firman” adalah berasal dari kata Yunani “RHÊMA”. Dan, kata “RHÊMA” ini mirip dengan “LOGOS” dalam artian: “perkataan yang diucapkan di mulut, diucapkan verbally di mulut.” Secara konteks ayat tsb., kata “RHÊMA”  bukanlah “kata-kata yang diucapkan Allah.” Tetapi “RHÊMA” merupakan kata-kata/ berita-berita yang diucapkan para rasul dalam pengabaran Injil mereka. Maka, kata “RHÊMA” pada Roma 10:8 seyogianya diterjemahkan dengan “perkataan” dan bukan “firman.” Demikian seharusnya kata tersebut diterjemahkan sesuai konteks-nya. Dan konteks ini sangat berhubungan dengan ayat sesudahnya, yaitu ayat 9. Pada bagian Roma 10:8a, tampaknya Rabbi Saul mengutip ‘sebagian’ dari Ulangan 30:14 (septuaginta) dalam khotbahnya ini.

Penggunaan istilah RHÊMA” pada ayat 8 ini, kemudian pada ayat 9 nanti Rabbi Saul merujuk kepada suatu “pengakuan iman” dari jemaat yang diucapkan sebagai suatu tanda keyakinan/ pernyataan iman. Seperti yang pertama kali pernah dilakukan Petrus dihadapan Tuhan Yesus, dia menyatakan suatu “Pengakuan Iman” yang pertama kali (reff: Matius 16:16), dan Pengakuan Iman tersebut dijadikan Tuhan Yesus sebagai “Dasar” dari pendirian Jemaat-Nya.

Perlu kita pahami bahwa kata ρημα – RHÊMA berarti : kata yang diucapkan (melalui mulut), memang sebagian diterjemahkan dengan “firman” (tergantung konteks, apabila yang mengucapkan adalah Allah/ Yesus) di dalam Alkitab bahasa Indonesia, sebenarnya lebih tepat diterjemahkan dengan “perkataan/ pengucapan,” karena ρημα – RHÊMA berbeda dengan λογος – LOGOS. Kata LOGOS ini benar-benar merupakan “firman” yang tidak hanya berupa “perkataan” tetapi jauh lebih luas dan lebih mendalam ketimbang RHÊMA. Kata LOGOS mencakup isi pikiran, kehendak, ide, intelektual, dll.

Tapi, ada beberapa kalangan Kristen, terutama kalangan kharismatik yang mengartikan “RHÊMA” adalah semacam “bisikan Roh Kudus” yang dianggap “lebih tinggi” daripada LOGOS, pemahaman ini sebenarnya tidak tepat. Sebab LOGOS-lah yang lebih luas artinya dan lebih tinggi maknanya ketimbang RHÊMA (yang terbatas pada tutur perkataan di mulut secara lisan).

Pada Pada Roma 10:9, frasa “mengaku dengan mulutmu” yaitu “RHÊMA” adalah suatu kata-kata yang disampaikan dalam tutur/ ucapan dengan mulut. Sehingga apa yang disampaikan dalam ayat sebelumnya, Roma 10:8 tentang “rhêma pisteôs”, adalah “pemberitaan/ perkataan iman” dari ucapan di muliut dan semestinya tidak diterjemahkan dengan “firman iman” supaya pengertiannya tidak rancu.

Kemudian frasa: “Engkau mengakui” dari kata Yunani “homologêsês” (verb – aorist active subjunctive – second person singular), harfiah: “engkau telah menyatakan bersama-sama.” Jadi salah satu ciri “pengakuan iman” ialah terdapat unsur kebersamaan, selain itu terkandung unsur “ucapan di depan umum” oleh sebab itulah pada ayat 8 sebelumnya secara khusus oleh Rabbi Saul digunakan kata “RHÊMA” (perkataan/ ucapan di mulut).

“Pengakuan iman” bukanlah sesuatu yang kita lakukan sendiri (tertutup), seperti dilakukan di kamar (seperti hal-nya berdoa). Dalam ayat ini jelas yang dimaksud adalah pengakuan di depan jemaat. Dan pengakuan iman itu adalah: Pengakuan dalam ucapan secara terbuka bahwa bahwa Yesus adalah Tuhan dan pengakuan bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati. Pernyataan iman ini adalah dasar dari perolehan keselamatan. Cara pengakuan iman yang terbuka dan diucapkan dengan suara ini bisa kita bandingkan dengan sejarah Gereja dengan dirumuskannya credo atau ‘syahadat’ yang diucapkan dengan suara dan bersama-sama di antara jemaat di dalam ibadah, misalnya “pengakuan iman rasuli (Credo Apostolicum)” atau “pengakuan iman nicea,” atau kredo-kredo yang lainnya. Kalimat “Aku percaya….” ini diucapkan bersama-sama di mulut dengan suara yang nyaring sebagai keyakinan bersama.

 

RHÊMA PISTEÔS – PROFESUS:

“Rhêma pisteôs” pengakuan iman di mulut ini dalam tata ibadah jemaat kemudian dikenal dengan “Pengakuan Iman” yang menjadi “Credo” atau “Syahadat”  yang baku. Dalam konsili-konsili gereja ditetapkan, misalnya “Pengakuan Iman Nicea,” juga “Pengakuan Iman Rasuli” (Credo Apostolicum), syahadat ini berisi 12 pokok pengakuan iman:

  1. Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, khalik langit dan bumi.
  2. Dan kepada Yesus Kristus AnakNya Yang Tunggal, Tuhan Kita.
  3. Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.
  4. Yang menderita sengsara dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan mati dan dikuburkan turun ke dalam kerajaan maut. (Sebagian versi hanya mengatakan “Yang menderita”, tanpa “sengsara”, dengan pertimbangan bahwa sengsara dengan sendirinya mengandung arti penderitaan).
  5. Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati.
  6. Naik ke surga, duduk disebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa.
  7. Dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
  8. Aku percaya kepada Roh Kudus.
  9. Gereja Katolik yang kudus [versi Katolik] ; Gereja yang kudus dan am [versi Protestan], persekutuan Orang Kudus (“Katolik” di sini berarti semesta dan universal, arti yang sama dengan kata “am” yang digunakan dalam versi Protestan).
  10. Pengampunan Dosa.
  11. Kebangkitan badan [atau] kebangkitan orang mati [Sebagian versi menerjemahkan “kebangkitan daging”, yaitu terjemahan harafiah dari “carnis resurrectionem” (bahasa Latin) atau “σαρκος ανάστασιν” sarkos anastasin) (bahasa Yunani)].
  12. dan Hidup Yang Kekal. Amin.

Dalam ritus ibadah Gereja Latin, kata latin “Rhêma pisteôs” pengakuan iman lisan di mulut ini diistilahkan dengan “profesus” artinya mengakui/ menyatakan iman atau orang yang melakukan pengakuan/ pernyataan iman secara terbuka di hadapan publik. Dari kata “profesus” itu kemudian dikenal kata “professor” juga “profesi.” Pada zaman dahulu di sebagian besar benua Eropa yang saat itu budayanya masih ketinggalan jauh dengan peradaban di timur, orang-orang cerdik pandai biasanya adalah orang-orang yang berada di gereja-gereja (Katolik), yaitu orang-orang yang telah melakukan “profesus” (Rhêma pisteôs) bahwa mereka adalah orang-orang Kristen/ pengikut Kristus. Kemudian dari situlah para intelektual disebut dengan sebutan “professor” yang banyak ber”profesi” sebagai pengajar-pengajar. Pada zaman dahulu (abad pertengahan), Gereja Katolik Roma adalah pusat iman sekaligus pusat ilmu. Mengapa nama-nama Ilmiah menggunakan bahasa Latin? Ini adalah satu bukti yang tak terelakkan bahwa Gereja ritus Latin ini sebagai pusat ilmu. Misalnya kumpulan nama tumbuhan (flora) dan hewan (fauna) selalu dilengkapi dengan nama latin (ilmiah).

 

PERCAYA SEBAGAI KEYAKINAN HATI YANG DIUCAPKAN DALAM SUATU PENGAKUAN KALIMAT SYAHADAT:

Roma 10:9 mengajarkan juga kepada kita bahwa “Allah Bapa kita” dan “Tuhan Yesus Kristus” bersama-sama merupakan sumber kasih karunia dan damai sejahtera (band. Roma 1:7). Demikian juga kasih yang dalam Roma 8:35 adalah Kasih Allah dalam Roma 8:39 adalah Kasih Kristus. Pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan mengandung arti bahwa Yesus memiliki bersama Allah nama dan kodrat kekudusan dan kuasa dan kemuliaan dan kekekalan Allah yang Esa.

Ayat ini juga menggambarkan suatu pernyataan keakraban hubungan orang percaya dengan Kristus yang diungkapkan dengan “percaya dalam hatimu.” Kata “percaya” (PISTEUÔ) bukanlah keyakinan ‘intelektual,’ sebagaimana orang percaya/ yakin akan sebuah fakta sejarah. “PISTEUÔ” disini mengandung nilai emosional bagi kita, sebagai suatu pemahaman yang teguh mengenai kedatangan Allah yang inkarnasi di dalam Yesus Kristus, mati dan dibangkitkan, dan keyakinan ini menjadi dasar kehidupan kita.

Makna “PISTEUÔ” disini menghubungkan 2 hal yang saling melengkapkan, yaitu “percaya” (keyakinan hati) dan “mengaku.” Tidak ada pengakuan mulut (“RHÊMA”) yang tidak berakar dari kepercayaan hati. Kalau kepercayaan itu tidak ada, maka pengakuan mulut (“RHÊMA”) hanya menjadi kata-kata/ ucapan-ucapan yang kosong belaka. Sebagaimana misalnya seorang suami memanggil istrinya dengan panggilan “sayang” atau “honey” hal itu keluar dari hati yang dipenuhi kasih. Disamping itu kepercayaan hati itu tidak mungkin tanpa pengakuan di mulut. Pengakuan di mulut (“RHÊMA”) itu menjadi pelengkapnya.

Mengaku dan percaya adalah saling melengkapkan. Kalau kita dapat berkata dengan yakin “Yesus Kristus adalah Tuhan” dalam suatu pengakuan (dalam credo / syahadat) itu terkandung kepastian bahwa kebangkitan-Nya bukanlah kebangkitan orang yang kelak akan mati lagi (seperti halnya Lazarus, Yohanes 11). Kebangkitan-Nya adalah kekal, sebab Yesus Kristus adalah sumber hidup. Dan Kebangkitan-Nya adalah merupakan kekalahan Iblis dan maut yang menjadi musuh kita. Sehingga pengakuan iman “Yesus adalah Tuhan” mengandung harapan dan kepastian kita akan kehidupan yang Kekal. Yesus Kristus adalah Allah yang kekal.

Amin.

 

בברכה

Rita Wahyu

Israel Bible Center – Lecturer in Biblical Studies

Email: rwahyu@israelbiblecenter.com

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *